July 16, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Upacara Hari Bhayangkara ke-79: Momentum Refleksi

HUT Bhayangkara KE-79 Menjadi Sorotan Mata Hari Ini!!!

Jakarta incaberita.co.id – “Selamat Hari Bhayangkara ke-79, Polri Presisi untuk Negeri.” Kalimat itu menggema di berbagai kanal media dan ruang publik sepanjang 1 Juli 2025. Namun, lebih dari sekadar ucapan seremonial, Hari Bhayangkara ke-79 tahun ini membawa nuansa yang agak berbeda. Lebih reflektif, lebih strategis, dan – menariknya – lebih membumi.

Sebagai pembawa berita yang cukup sering meliput upacara nasional dan instansi pemerintah, saya tahu betul bagaimana sebuah momen seperti ini bisa menjadi titik balik atau bahkan simbol pergantian arah. Tahun ini, Upacara Hari Bhayangkara bukan hanya soal pasukan yang baris-berbaris rapi atau atraksi helikopter dan pasukan berkuda. Ada yang lebih dalam yang terjadi.

Mari kita simak bersama, tidak hanya apa yang terlihat di panggung utama, tapi juga pesan-pesan penting di balik layar.

Sekilas Sejarah: Apa Itu Hari Bhayangkara?

Upacara Hari Bhayangkara

Image Source: Liputan6

Sebelum kita terhanyut pada upacara tahun ini, ada baiknya kita mundur sebentar. Mungkin banyak yang belum tahu bahwa Hari Bhayangkara ditetapkan setiap 1 Juli untuk memperingati berdirinya Kepolisian Negara Republik Indonesia. Tepatnya pada 1 Juli 1946, ketika Presiden Soekarno menetapkan jawatan Kepolisian secara resmi berada di bawah pemerintah pusat.

Seiring waktu, Hari Bhayangkara bukan hanya sekadar perayaan ulang tahun Polri. Ia menjadi momen penting untuk:

  • Mengevaluasi kinerja dan kepercayaan publik

  • Menyampaikan visi dan program prioritas

  • Menyentuh kembali akar pelayanan: pengayoman masyarakat

Saya masih ingat ketika liputan Hari Bhayangkara ke-74 sempat dilakukan secara virtual karena pandemi COVID-19. Kontras sekali dengan perayaan tahun ini yang begitu terbuka dan disambut antusias publik.

Upacara Hari Bhayangkara ke-79: Seremoni, Simbol, dan Substansi

Tahun ini, upacara utama dilangsungkan di Monumen Nasional (Monas), Jakarta, dengan Presiden RI sebagai inspektur upacara. Cuacanya cukup bersahabat – langit berawan, tapi tidak hujan. Para tamu mulai berdatangan sejak pukul 06.30 WIB. Ada unsur TNI, pejabat kementerian, tokoh masyarakat, dan tentu saja anggota Polri dari berbagai satuan.

Suasana Upacara:

  • Barisan kehormatan dipimpin oleh pasukan Upacara Hari Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas).

  • Penampilan fly pass helikopter dan defile kendaraan taktis dari Brimob memikat perhatian publik.

  • Pidato Kapolri disampaikan dengan gaya yang lebih komunikatif dan menyentuh realita sehari-hari.

    • Acara ditutup dengan pemberian penghargaan kepada anggota yang berjasa dalam tugas di lapangan, termasuk penanganan kasus kejahatan siber dan perlindungan korban KDRT.

Namun, hal paling menarik bukanlah barisan atau parade. Yang mencuri perhatian saya justru satu kalimat dalam pidato Kapolri:

“Polri bukan sekadar menegakkan hukum. Kita adalah jembatan rasa aman, keadilan, dan kemanusiaan, terutama di era digital yang serba cepat ini.”

Kalimat itu menggambarkan dengan tepat misi baru kepolisian modern. Dari sekadar “penindak” menjadi pelayan dan pelindung yang aktif mendengarkan.

Tantangan Polri Saat Ini: Di Tengah Era Siber dan Publik Kritis

Mari bicara apa adanya. Di balik seremoni Upacara Hari Bhayangkara yang rapi, publik punya ekspektasi yang tak kalah rapi. Bahkan kadang, sangat tinggi. Masyarakat sekarang tidak sama dengan 10 tahun lalu. Kritis, cepat bereaksi, dan tidak segan menyuarakan ketidakadilan.

Beberapa tantangan utama yang dihadapi Polri saat ini:

  1. Kejahatan siber meningkat pesat
    Penipuan digital, pencurian data, phishing, hingga peretasan akun media sosial. Banyak masyarakat yang masih bingung bagaimana dan ke mana melapor.

  2. Keterbukaan publik melalui media sosial
    Satu kejadian viral bisa merusak reputasi institusi dalam hitungan jam.

  3. Kepercayaan publik yang fluktuatif
    Menurut survei beberapa lembaga nasional, tingkat kepercayaan terhadap Polri sempat naik-turun pasca sejumlah insiden.

  4. Tekanan reformasi internal
    Tuntutan untuk lebih transparan, profesional, dan humanis datang tidak hanya dari luar, tapi juga dari dalam tubuh Polri sendiri.

Dalam konteks ini, Upacara Hari Bhayangkara bukan cuma perayaan. Ia adalah cermin: sejauh mana Polri mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman.

Bhayangkara Presisi dan Visi Digitalisasi: Langkah ke Depan atau Sekadar Label?

Dalam dua tahun terakhir, istilah Polri Presisi (Prediktif, Responsibilitas, Transparansi Berkeadilan) kerap digaungkan. Di atas kertas, konsep ini sangat kuat. Tapi bagaimana implementasinya?

Contoh inisiatif digital:

  • Aplikasi Dumas Presisi untuk pengaduan masyarakat

  • ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) di berbagai kota

  • SIM Online dan SKCK Digital

  • Upaya integrasi data lintas instansi (Polri, Dukcapil, Imigrasi)

Beberapa sudah terasa manfaatnya. Saya pribadi pernah memperpanjang SIM secara online dan selesai hanya dalam waktu 15 menit di lokasi pengambilan. Tapi di sisi lain, masih banyak daerah yang akses internetnya terbatas, belum lagi warga yang gagap teknologi.

Catatan kritis: digitalisasi tidak bisa satu arah. Harus dibarengi edukasi publik, pelatihan petugas, dan sistem keamanan data yang kuat.

Jadi, apakah Polri Presisi hanya slogan? Tidak. Tapi, ia tetap butuh kerja keras untuk menjadi kenyataan utuh.

Momentum Refleksi: Apa Harapan Kita terhadap Polri Hari Ini?

Upacara Hari Bhayangkara ke-79 seharusnya menjadi ajakan refleksi, bukan hanya bagi aparat, tapi juga kita sebagai masyarakat. Kita seringkali lupa bahwa di balik seragam itu, ada manusia yang juga punya keluarga, tekanan kerja, dan rasa lelah.

Harapan yang realistis (dan seharusnya saling menguatkan):

  • Polri yang cepat merespons laporan masyarakat, terutama yang viral atau menyentuh kemanusiaan

  • Anggota yang menjaga integritas, tak tergoda uang atau jabatan

  • Institusi yang transparan, tidak defensif saat dikritik

  • Masyarakat yang juga bijak bermedia sosial, tidak langsung menghakimi tanpa fakta

Kita butuh Polri yang bukan hanya pintar dalam teknologi, tapi juga cerdas emosional dan sosial.

Penutup: Bhayangkara di Era Baru, Menuju Polisi yang Mendengar dan Menyentuh

Upacara Hari Bhayangkara bukan akhir, tapi awal dari fase baru kepolisian kita. Dunia berubah cepat, dan institusi sekuat Polri pun harus terus berbenah.

Saat kita menyanyikan “Hymne Bhayangkara” dan melihat bendera merah putih dikibarkan dalam upacara, semoga bukan hanya rasa bangga yang kita rasakan, tapi juga semangat bersama untuk menjaga Indonesia yang lebih adil, aman, dan manusiawi.

Dan siapa tahu, mungkin di Hari Bhayangkara ke-80 tahun depan, kita bukan cuma melihat drone dan teknologi canggih, tapi juga rasa percaya yang makin utuh antara Polri dan rakyatnya.

Selamat Hari Bhayangkara ke-79. Tetap jaga semangat, tetap dengarkan suara rakyat.

Baca Juga Artikel dari: Industri Baterai EV Terbesar se-Asia di Resmikan Prabowo!

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Lokal

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved