October 25, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Gunung Rinjani Telan Korban: Juliana Marins Terpeleset Saat Mendaki

Juliana Marins Terpeleset di Gunung Rinjani, Ini Kronologi Lengkapnya

incaberita.co.id – Pagi itu, Gunung Rinjani menyambut para pendaki dengan hawa sejuk dan angin lembut yang menggugah semangat. Juliana Marins, seorang pendaki wanita asal Brasil yang dikenal aktif dalam komunitas outdoor, memulai pendakian bersama tiga orang temannya. Mereka terlihat sangat antusias saat memasuki jalur Sembalun yang memang terkenal dengan keindahannya. Terlebih lagi, Juliana sempat mengunggah story Instagram sesaat sebelum mulai naik. Dalam unggahan tersebut, ia menuliskan, “Hari ini aku menaklukkan Rinjani.”

Juliana Marins Cuaca Mulai Berubah

Juliana Marins Terpeleset di Gunung Rinjani, Ini Kronologi Lengkapnya
Sumber Gambar: Tribun Jakarta – Tribunnews.com

Namun, seperti yang sering terjadi di pegunungan, cuaca bisa berubah drastis dalam waktu singkat. Sekitar pukul 10.30 WITA, kabut mulai turun perlahan dan menutupi jalur pendakian. Meski begitu, Juliana Marins dan timnya memutuskan untuk tetap melanjutkan perjalanan karena menurut pemandu lokal yang mendampingi, kondisi masih cukup aman. Transisi Global dari cerah ke mendung terjadi cukup cepat, dan suhu pun mulai turun tajam. Suasana yang awalnya tenang pun berubah menjadi lebih menegangkan.

Juliana Marins Langkah yang Tidak Disangka

Di titik pos 3, salah satu saksi yang juga merupakan pendaki dari Bandung, Andika Ramadhan, menyaksikan kejadian mengejutkan. Ia melihat Juliana Marins sempat berhenti sejenak, tampaknya sedang memperbaiki posisi ranselnya. Saat itu, jalur yang dilalui memang berada di sisi tebing yang sempit dan berkerikil. “Saya melihat dia agak ragu melangkah, lalu tiba-tiba dia terpeleset,” ungkap Andika kepada media.

Detik-Detik Menegangkan Sebelum Terjatuh

Menurut kesaksian Andika dan dua pendaki lainnya, Juliana Marins kehilangan keseimbangan ketika mencoba berdiri kembali setelah ranselnya tergelincir. Dalam hitungan detik, tubuhnya terlihat meluncur ke arah jurang. Salah satu rekannya sempat berteriak meminta bantuan, tetapi situasi sangat cepat terjadi. Mereka hanya bisa menyaksikan tubuh Juliana menghilang di balik kabut tebal yang menyelimuti lereng gunung. Rasa panik langsung menyelimuti seluruh rombongan, terlebih karena sinyal komunikasi tidak stabil di area tersebut.

Usaha Tim Penolong Dikerahkan

Tanpa membuang waktu, pemandu pendakian segera mengontak basecamp melalui radio darurat. Tim SAR yang sudah siaga di pos awal segera bergerak setelah mendapat laporan. Dengan cepat, tim penolong berjumlah 12 orang mendaki jalur yang sama untuk melakukan pencarian. Mereka membawa perlengkapan evakuasi lengkap, termasuk tali, peralatan panjat, dan drone pencari. Waktu pencarian menjadi sangat krusial mengingat kondisi medan yang ekstrem dan cuaca yang kian memburuk.

Juliana Marins Pencarian Dilakukan Sepanjang Malam

Seluruh anggota tim penyelamat melakukan pencarian hingga malam hari. Meski diterpa kabut tebal dan medan licin, mereka tetap melanjutkan upaya dengan bantuan lampu sorot dan thermal drone. Sejumlah pendaki relawan juga ikut bergabung karena rasa solidaritas. Akhirnya, sekitar pukul 03.15 dini hari, salah satu anggota SAR melihat sesuatu mencurigakan di lereng bawah pos 3. Ketika mereka turun dan mendekat, ternyata benar, itu adalah Juliana Marins.

Kondisi Juliana Marins Saat Ditemukan

Keajaiban kecil terjadi. Juliana Marins masih hidup. Meski mengalami luka serius di bagian kaki dan punggung, ia dalam keadaan sadar dan bisa berbicara lirih. Menurut paramedis yang pertama kali memeriksa, kemungkinan Juliana terhalang ranting dan bebatuan yang memperlambat jatuhnya, sehingga tidak langsung menghantam dasar tebing. Ia segera diberi pertolongan pertama di tempat dan dibawa turun menggunakan tandu.

Salah Satu Paragraf Permintaan Khusus

Dalam kondisi yang menegangkan ini, salah satu pendaki sempat berkata lirih, “Saya tidak pernah melihat hal seperti ini. Juliana Marins kuat sekali. Meski dia kesakitan, dia masih berusaha tersenyum saat ditemukan.” Kata-kata itu menggambarkan betapa tegar sosok Juliana. Ia bukan hanya pendaki biasa, tapi seseorang yang berani dan tidak mudah menyerah bahkan saat di ambang maut. Kata-kata itulah yang terus terngiang dalam benak tim SAR hingga proses evakuasi selesai.

Dibawa ke Rumah Sakit Terdekat

Setelah berhasil dievakuasi ke basecamp, Juliana Marins segera diterbangkan menggunakan helikopter menuju RSUD Mataram. Di sana, tim medis langsung melakukan tindakan lanjutan, termasuk rontgen, CT Scan, dan penanganan luka terbuka. Dokter menyatakan bahwa Juliana Marins mengalami patah tulang di kaki kanan dan luka memar parah di punggung. Namun, kondisinya stabil dan tidak dalam bahaya. Pihak rumah sakit pun memberi pernyataan resmi kepada media pada hari yang sama.

Dukungan dari Keluarga dan Sahabat

Begitu berita ini menyebar, keluarga Juliana di Brasil langsung melakukan perjalanan ke Indonesia. Mereka menyatakan sangat bersyukur putri mereka masih selamat. Selain itu, komunitas pendaki dari berbagai negara mengirimkan doa dan dukungan melalui media sosial. Hashtag #PrayForJuliana bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter dan Instagram. Banyak pendaki membagikan cerita tentang betapa inspiratifnya sosok Juliana Marins dalam dunia pendakian internasional.

Pengakuan dari Pihak Taman Nasional Rinjani

Menanggapi kejadian ini, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) memberikan keterangan resmi. Ia menegaskan bahwa jalur pendakian telah sesuai standar keselamatan dan peristiwa ini murni kecelakaan akibat kondisi alam yang tidak terduga. Selain itu, pihaknya akan melakukan evaluasi sistem keamanan dan menambah rambu peringatan di beberapa titik rawan. Ke depannya, mereka juga akan meningkatkan edukasi bagi wisatawan asing tentang bahaya cuaca ekstrem di jalur pendakian tropis.

Pelajaran Berharga Bagi Pendaki Lain

Kejadian ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pendaki, terutama mereka yang baru pertama kali menjajal gunung-gunung tinggi di Indonesia. Juliana Marins adalah pendaki berpengalaman, tetapi tetap saja risiko tidak bisa ditebak. Oleh karena itu, sangat penting untuk selalu berhati-hati, mempersiapkan perlengkapan darurat, serta tidak memaksakan diri saat kondisi alam mulai berubah. Gunung bukan hanya tempat wisata, tetapi juga tempat yang perlu dihormati dan dipahami.

Wawancara Eksklusif Juliana Marins dari Rumah Sakit

Seminggu setelah kejadian, Juliana memberikan wawancara eksklusif dari tempat tidurnya di RSUD Mataram. Dalam wawancara itu, ia mengatakan, “Saya tidak menyalahkan siapa pun. Gunung memberi saya pelajaran tentang hidup. Saya sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk bernapas dan melihat orang-orang baik di sekitar saya.” Ia juga berterima kasih kepada tim SAR dan para pendaki yang telah menyelamatkannya. Wawancara itu menyentuh hati banyak orang yang menontonnya melalui siaran media lokal.

Rencana Rehabilitasi dan Pemulihan

Setelah mendapatkan perawatan selama dua minggu, Juliana Marins dijadwalkan menjalani pemulihan di pusat rehabilitasi di Jakarta sebelum kembali ke negaranya. Ia harus menjalani fisioterapi selama kurang lebih tiga bulan agar bisa kembali berjalan normal. Meski terdengar lama, Juliana tetap optimis dan berkata bahwa ia akan kembali mendaki suatu hari nanti. Banyak pengikutnya di media sosial turut mendoakan kesembuhan dan menunggu kisah berikutnya.

Kronologi Lengkap Menjadi Bahan Evaluasi

Pihak BTNGR, bersama komunitas pendaki dan SAR, menyusun laporan lengkap kronologi kejadian. Mereka menggunakan informasi dari saksi mata, pemandu, serta tim medis. Laporan tersebut akan menjadi bahan evaluasi nasional terkait keselamatan pendakian gunung. Diharapkan, melalui kejadian ini, sistem peringatan dini dan jalur evakuasi bisa diperbaiki agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.

Solidaritas Pendaki dari Berbagai Negara

Salah satu hal paling mengesankan dari insiden ini adalah solidaritas dari para pendaki lintas negara. Sejumlah pendaki dari Australia, Singapura, Jerman, hingga Argentina yang sedang berada di sekitar Rinjani turut serta dalam pencarian atau memberikan bantuan logistik. Mereka juga mengadakan malam doa bersama di basecamp Sembalun sebagai bentuk empati dan dukungan. Ini membuktikan bahwa pendakian bukan hanya soal menaklukkan alam, tapi juga tentang kebersamaan dan kepedulian.

Pesan Penting dari Juliana Marins untuk Dunia

Dalam akhir wawancaranya, Juliana Marins menyampaikan pesan yang cukup dalam. “Hidup itu singkat. Jika kamu ingin mencintai alam, cintailah dengan tanggung jawab. Jangan pernah remehkan kekuatan alam, dan jangan pernah mendaki hanya demi konten.” Kalimat itu langsung menjadi kutipan viral yang digunakan banyak komunitas pendaki sebagai pengingat moral. Ia berharap pengalamannya bisa menjadi pelajaran yang menyelamatkan nyawa orang lain.

Selalu Waspada, Selalu Bersyukur

Kisah Juliana Marins bukan sekadar cerita tentang jatuhnya seorang pendaki. Ini adalah kisah tentang harapan, keberanian, dan kekuatan untuk bertahan. Meskipun sempat berada di ambang maut, Juliana Marins berhasil kembali dengan semangat yang bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Kita semua patut mengambil pelajaran darinya: bahwa di tengah petualangan dan keindahan alam, ada tanggung jawab besar untuk menjaga diri, sesama, dan lingkungan.
Baca Juga Artikel Berikut: Perang Iran Berakhir Lawan Israel: Akhir Sebuah Babak Berdarah

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved