Harga Minyak Naik Drastis Akibat Ketegangan Israel-Iran
JAKARTA, incaberita.co.id – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali mengguncang pasar energi global. Harga minyak naik signifikan pada Kamis malam (Jumat waktu Jakarta), seiring perintah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk mengintensifkan serangan terhadap Iran. Konflik ini memperdalam kekhawatiran pasar mengenai stabilitas pasokan minyak mentah global.
Lonjakan Harga Minyak Akibat Eskalasi Konflik
Dikutip dari CNBC, harga minyak naik hingga 3% setelah pernyataan resmi Israel. Brent, patokan harga minyak global, naik USD 2,15 atau sekitar 2,8% dan ditutup di level USD 78,85 per barel. Ini adalah penutupan tertinggi sejak 22 Januari. Di sisi lain, harga minyak mentah AS melonjak 3,2% dan sempat menyentuh angka USD 77,58 per barel dalam sesi perdagangan.
Kenaikan harga minyak ini menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap potensi gangguan pasokan dari kawasan kaya minyak seperti Timur Tengah.
Target Strategis Iran Jadi Sasaran Harga Minyak Naik
Sumber Gambar : LBS.co.id
Menteri Pertahanan Israel menyampaikan bahwa Netanyahu memerintahkan militer untuk menyerang target strategis di Iran, termasuk fasilitas pemerintah di Teheran. Tujuan serangan tersebut disebut untuk “melemahkan rezim ayatollah” dalam hal ini langsung merujuk kepada pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
Instruksi ini muncul setelah laporan bahwa rudal Iran menghantam rumah sakit di Beersheba, Israel selatan. Israel pun bereaksi keras, menyebut tindakan tersebut sebagai serangan biadab yang tak dapat dibiarkan tanpa balasan.
Sikap Amerika Serikat: Masih Menimbang
Presiden Donald Trump belum memutuskan apakah Amerika Serikat akan meluncurkan serangan terhadap program nuklir Iran. “Saya mungkin melakukannya, mungkin tidak. Tidak ada yang tahu” ujar Trump. Gedung Putih menambahkan bahwa keputusan akan diambil dalam dua minggu mendatang.
Ketidakpastian ini turut menyumbang kekhawatiran di pasar akibat harga minyak naik karena keterlibatan militer AS di kawasan itu berpotensi memperluas konflik dan memengaruhi distribusi minyak dari kawasan tersebut.
Dampak Potensial bagi Pasar Energi Global
Menurut JPMorgan, perubahan rezim atau ketidakstabilan berkepanjangan di negara penghasil minyak seperti Iran dapat berdampak besar terhadap harga minyak global. Iran adalah anggota kunci OPEC dan salah satu produsen utama di kawasan Timur Tengah.
“Jika sejarah bisa menjadi acuan, ketidakstabilan lebih lanjut di Iran dapat mendorong harga minyak naik secara signifikan dalam jangka waktu panjang” kata Natasha Kaneva, Kepala Penelitian Komoditas Global di JPMorgan.
Ia juga menambahkan bahwa gangguan pasokan akibat perubahan rezim bukanlah sesuatu yang dapat segera dipulihkan, sehingga memberikan tekanan tambahan terhadap harga minyak di pasar internasional.
Reaksi Pasar dan Prospek ke Depan
Lonjakan harga minyak saat ini belum tentu bersifat sementara. Jika situasi memburuk dan ketegangan berubah menjadi perang terbuka antara negara-negara besar di kawasan tersebut, maka harga minyak bisa menembus level psikologis baru.
Investor global kini mencermati setiap pernyataan dan langkah dari pihak Israel, Iran, serta AS. Faktor lain yang juga diperhatikan adalah bagaimana reaksi negara-negara penghasil minyak lainnya, terutama sesama anggota OPEC, dalam menjaga kestabilan pasokan.
Ketidakpastian Politik Menopang Harga Minyak Naik
Kenaikan harga minyak dalam beberapa hari terakhir menegaskan kembali betapa erat kaitannya geopolitik dengan pasar energi. Eskalasi konflik Israel-Iran, ditambah potensi intervensi AS, telah menjadi pemicu utama fluktuasi harga minyak. Situasi ini memperlihatkan pentingnya kestabilan kawasan Timur Tengah bagi ketahanan energi dunia.
Selama ketidakpastian ini berlanjut, harga minyak naik akan terus menjadi perhatian utama para pelaku pasar, investor, dan pemerintah di seluruh dunia.
Baca juga artikel menarik lainnya mengenai Evakuasi WNI di Iran: Pemerintah Siapkan Jalur Darat!
