December 7, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Digaji Tanpa Bekerja: Kasus Wanita Prancis yang Menggugat Perusahaan Setelah 20 Tahun

Digaji Tanpa Bekerja Bertahun Tahun, Pengakuan Wanita Prancis Ini Tunjukkan Bagaimana Perusahaan Menghilangkan Peran Karyawan Difabel

JAKARTA, incaberita.co.id – Digaji Tanpa Bekerja selama dua dekade terdengar seperti fantasi yang aneh, bahkan cukup mustahil. Namun di Prancis, hal ini benar terjadi pada Laurence Van Wassenhove, seorang wanita yang mengalami kelumpuhan parsial tetapi tetap menerima gaji tanpa diberi tugas nyata. Ia mulai bekerja di perusahaan telekomunikasi pada 1993 dan perlahan masuk ke fase tanpa peran selama lebih dari 20 tahun. Pada akhirnya, kasus Digaji Tanpa Bekerja ini dibawa ke pengadilan melalui pendampingan pengacaranya, David Nabet Martin. Gugatan itu muncul di ruang publik sekitar 2024 hingga 2025 dan langsung memantik perhatian global.

Laurence menggugat bukan karena ingin memperoleh kompensasi tambahan, tetapi karena merasa martabat profesionalnya dirampas. Kisah ini membuka percakapan penting tentang apa arti pekerjaan, kontribusi, dan penghargaan dalam dunia kerja modern.

Fenomena Digaji Tanpa Bekerja dan Placardisation

Digaji Tanpa Bekerja: Kasus Wanita Prancis yang Menggugat Perusahaan Setelah 20 Tahun

Sumber gambar : kompas.com

Media Prancis menyebut perkara Digaji Tanpa Bekerja ini sebagai contoh jelas fenomena placardisation. Ini adalah praktik menempatkan karyawan dalam kondisi tidak aktif. Nama tetap ada di daftar pegawai, gaji tetap masuk, tetapi tidak ada tugas, tidak ada arah, dan tidak ada ruang berkembang.

Pakar ketenagakerjaan Eropa menyebut fenomena ini sebagai bentuk pelecehan moral. Terjadi diam diam, tanpa konfrontasi, namun daya rusaknya luar biasa bagi harga diri seseorang. Dalam kasus Laurence, hal ini berlangsung bukan hitungan bulan tetapi hitungan dekade.

Kronologi Kasus Digaji Tanpa Bekerja yang Dialami Laurence Van Wassenhove

Laurence mulai bekerja pada 1993. Setelah kecelakaan yang membuatnya mengalami kelumpuhan parsial, perusahaan awalnya terlihat suportif. Gaji tetap dibayarkan dan statusnya dijaga. Namun hanya itu. Tidak ada penyesuaian tugas, tidak ada pelatihan ulang, tidak ada pemindahan ke departemen lain. Laurence masuk ke fase Digaji Tanpa Bekerja yang membuat peran profesionalnya menghilang.

Beberapa tahun pertama mungkin masih bisa ditoleransi. Namun ketika tahun berganti menjadi belasan lalu dua puluh, Laurence menyadari bahwa dirinya bukan sedang dibantu, melainkan sedang disingkirkan perlahan.

Digaji Tanpa Bekerja sebagai Bentuk Pengasingan Modern

Seorang pakar hukum ketenagakerjaan menggambarkan kondisi seperti ini sebagai pengasingan modern. Tidak ada amarah, tidak ada teguran, tidak ada rapat pemutusan hubungan kerja. Yang tersisa hanyalah diam. Bagi pekerja yang pernah aktif, diam seperti ini terasa menghancurkan.

Rutinitas Laurence berubah menjadi siklus kosong. Datang ke kantor, duduk, menatap layar tanpa tugas, lalu menunggu jam pulang. Tekanan ini tidak terlihat, tetapi membekas. Kondisi Digaji Tanpa Bekerja seperti ini menciptakan kehampaan yang sering kali lebih berat daripada pekerjaan dengan tekanan tinggi.

Dampak Psikologis Digaji Tanpa Bekerja yang Tidak Pernah Diakui

Placardisation dan Digaji Tanpa Bekerja memberi dampak psikologis nyata. Banyak pekerja menggambarkan kondisi ini sebagai ruang gelap yang menyeret mereka perlahan. Ketika kontribusi tidak dihargai, identitas profesional ikut melemah.

Dampak yang sering dirasakan:

  • Kesulitan menjelaskan kepada keluarga apa yang sebenarnya dikerjakan

  • Hilangnya kepercayaan diri sebagai profesional

  • Rasa tidak berguna meski masih menerima gaji

  • Kekhawatiran tentang arah karier yang berhenti

Identitas profesional bukan hanya tentang pekerjaan, tetapi tentang perasaan berharga sebagai manusia. Dalam kasus Laurence, dua puluh tahun tanpa kontribusi membuat dampaknya berlipat.

Kesaksian Rekan Kerja yang Menguatkan Gugatan

Seorang mantan kolega pernah menggambarkan Laurence masuk kantor tanpa agenda harian. Tidak ada rapat, tidak ada laporan, dan tidak ada supervisi. Kehadiran fisik tidak berbanding dengan peran nyata. Pemandangan itu menunjukkan bahwa Digaji Tanpa Bekerja bukan kemewahan, melainkan pengabaian yang berkepanjangan.

Kewajiban Hukum Perusahaan dalam Kasus Digaji Tanpa Bekerja

Dalam hukum ketenagakerjaan Prancis, perusahaan wajib menyediakan reasonable accommodation untuk pekerja difabel. Itu berarti:

  • Memberikan tugas yang disesuaikan

  • Menyediakan pelatihan ulang

  • Memindahkan karyawan ke peran baru yang memungkinkan kontribusi

Ketika perusahaan tidak melakukan hal tersebut, karyawan dapat menggugat. Pengacara Laurence, David Nabet Martin, menyatakan bahwa perusahaan tidak hanya gagal menyesuaikan peran, tetapi juga membiarkan kliennya terisolasi.

Mengapa Kasus Digaji Tanpa Bekerja Mengguncang Publik Global

Banyak orang mengira Digaji Tanpa Bekerja adalah keuntungan. Namun setelah memahami konteksnya, publik sadar bahwa:

  • Gaji tidak bisa menggantikan martabat kerja

  • Karier yang berhenti adalah kerugian jangka panjang

  • Pekerjaan bermakna adalah kebutuhan psikologis, bukan sekadar kewajiban

Kasus ini mematahkan anggapan bahwa gaji adalah segalanya.

Placardisation dan Dampaknya dalam Dunia Kerja Modern

Fenomena placardisation tidak hanya terjadi di Prancis. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, beberapa pekerja juga mengalami kondisi serupa. Tidak dipecat, tetapi tidak diberi ruang berkontribusi.

Namun kasus Laurence menjadi penting karena durasinya sangat ekstrem dan gugatan dilakukan secara terbuka.

Insight dan Pembelajaran dari Kasus Laurence

Beberapa insight yang bisa diambil dari kasus Digaji Tanpa Bekerja ini:

  • Perusahaan perlu memastikan setiap pekerja memiliki peran bermakna

  • Karyawan difabel tetap berhak atas kesempatan berkembang

  • Komunikasi internal sangat penting untuk mencegah pengabaian struktural

  • Karyawan berhak meminta kejelasan peran jika mulai tidak dilibatkan

Tips Praktis untuk Perusahaan dan Pekerja

Bagi perusahaan:

  • Buat kebijakan jelas tentang penanganan pekerja difabel

  • Rutin mengevaluasi peran kerja setiap karyawan

  • Libatkan tenaga profesional untuk menangani kesejahteraan mental

Bagi pekerja:

  • Catat perkembangan tugas secara berkala

  • Berani meminta kejelasan kepada atasan

  • Ajukan ide kontribusi agar tidak tersisih

  • Cari bantuan profesional jika tekanan emosional meningkat

Penutup: Digaji Tanpa Bekerja Tidak Sama Dengan Sejahtera

Kasus Laurence Van Wassenhove menunjukkan bahwa menjadi Digaji Tanpa Bekerja bukanlah keberuntungan. Di balik slip gaji, ada hilangnya ruang kontribusi, martabat, dan arah hidup profesional. Gugatan yang muncul pada 2024 hingga 2025 menjadi pengingat bahwa pekerjaan bukan hanya soal uang, tetapi juga identitas.

Perusahaan perlu memahami bahwa setiap pekerja, termasuk pekerja difabel, berhak mendapat kesempatan berkembang. Dunia kerja modern seharusnya tidak hanya mengukur produktivitas, tetapi juga menghargai manusia di baliknya.

Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Global

Baca juga artikel lainnya: BNPB Umumkan Data Terbaru: 867 Korban Tewas dan 121 Ribu Rumah Rusak di Sumatera

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved