Tragedi di Ruang NICU: Gigitan Tikus dan Kontroversi Penyebab Kematian Dua Bayi
JAKARTA, incaberita.co.id – Yeshwantrao Hospital (MYH), Indore, Madhya Pradesh, India. Insiden berlangsung pada awal September 2025 dan menjadi sorotan internasional. Berdasarkan pemberitaan berbagai media internasional serta media Indonesia yang mengutip laporan India, dua bayi meninggal dalam rentang waktu berdekatan. Bayi pertama dilaporkan meninggal pada Selasa 2 September 2025, disusul bayi lainnya pada Rabu 3 September 2025. Tragedi di Ruang NICU ini sontak memicu perbincangan luas mengenai standar keamanan rumah sakit.
Ruang perawatan intensif neonatal sendiri biasanya identik dengan cahaya temaram, suara alat monitor yang berulang, dan aroma antiseptik yang kuat. Di balik kaca bening inkubator, nyawa kecil yang baru tiba ke dunia berjuang dalam senyap. Gambaran ini lekat dengan NICU sebagai ruang yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi bayi rentan. Karena itu, kabar mengenai dua bayi yang meninggal setelah gigitan tikus langsung mengguncang publik, termasuk media Indonesia yang mengikuti kasus tersebut dengan intens.
Identitas Korban yang Terungkap di Media

Sumber gambar : Inca berita
Hingga berita ini ramai diberitakan, nama kedua bayi tidak dipublikasikan oleh pihak rumah sakit maupun pihak berwenang. Identitas yang diketahui hanya berupa keterangan domisili. Bayi pertama adalah bayi perempuan berusia dua hari dari distrik Khandwa. Sementara bayi kedua adalah bayi perempuan berusia lima belas hari dari distrik Dewas. Keduanya menjalani perawatan intensif karena kondisi kesehatan bawaan.
Respons Media Nasional dan Sorotan Publik
Tragedi di Ruang NICU bukan sekadar berita yang berlalu begitu saja. Media nasional seperti Kompas, Tempo, dan CNN Indonesia menyoroti dugaan kelalaian yang disampaikan keluarga korban. Mereka menilai adanya kekurangan pengawasan sehingga tikus dapat berkeliaran di area yang seharusnya steril. Di sisi lain, pihak rumah sakit MYH menegaskan bahwa kondisi kritis kedua bayi sudah terjadi sebelum insiden gigitan dan menyebut kematian tidak terkait langsung dengan luka tersebut.
Pertanyaan tentang Standar Keamanan Rumah Sakit
Perdebatan mengenai standar keamanan fasilitas kesehatan meluas dengan cepat. Publik mempertanyakan bagaimana ruang intensif yang seharusnya steril bisa dilewati hewan pengerat. Dari sudut pandang keselamatan pasien, NICU semestinya menjadi area tanpa kompromi terhadap gangguan sekecil apa pun.
Situasi yang Memicu Perdebatan Luas
Kisah ini membuka diskusi mengenai kualitas layanan kesehatan dan kebutuhan evaluasi menyeluruh terhadap kebersihan ruang perawatan. Tragedi di Ruang NICU memperlihatkan bahwa keselamatan pasien tidak hanya bergantung pada peralatan medis dan tenaga kesehatan, tetapi juga faktor dasar seperti sanitasi dan pengendalian hama.
Pandangan Tenaga Medis Mengenai Risiko di NICU
Dalam wawancara yang dikutip media India, seorang dokter neonatologi menjelaskan bahwa NICU memerlukan ketelitian ekstrem. Gangguan sekecil apa pun dapat memperburuk kondisi bayi prematur atau bayi dengan kelainan bawaan. Jika gangguan itu berupa tikus, risikonya meningkat signifikan dan sangat tidak dapat diterima.
Suara Keluarga dan Luapan Emosi Publik
Beberapa laporan media Indonesia menyebut bahwa keluarga menemukan luka gigitan pada tubuh bayi. Hal itu membuat pihak keluarga yakin bahwa kelalaian terjadi. Cerita kerabat korban menggambarkan betapa terpukulnya mereka setelah kondisi bayi berubah drastis pascainsiden. Pernyataan rumah sakit yang menekankan kondisi medis bawaan justru memunculkan pertanyaan mengenai transparansi dan prosedur penanganan.
Kebersihan dan Pengawasan yang Dipertanyakan
NICU dikenal sebagai ruang dengan tingkat sterilisasi tertinggi. Namun dalam kasus ini, masyarakat mempertanyakan bagaimana pengawasan dapat melemah hingga memungkinkan tikus masuk ke area intensif. Seorang petugas kesehatan yang dikutip media regional menyebut bahwa struktur bangunan lama dan celah ventilasi dapat memicu pergerakan tikus, meski alasan itu dinilai tetap tidak dapat diterima.
Analisis Jurnalis terhadap Respons Rumah Sakit
Bagi jurnalis yang memantau perkembangan kasus, tragedi ini bukan hanya masalah prosedur teknis. Ada aspek emosional yang membuat publik sulit menerima penjelasan sepihak. Dua bayi meninggal, dugaan kelalaian muncul, dan masyarakat menilai ada kejanggalan dalam pengelolaan ruang intensif.
Seruan untuk Audit Menyeluruh dan Transparansi Publik
Pakar kesehatan yang dikutip media nasional meminta pemerintah daerah melakukan audit terbuka terhadap fasilitas rumah sakit. Mereka menilai bahwa tragedi di Ruang NICU harus menjadi pemicu evaluasi sistemik dalam standar kebersihan dan manajemen risiko agar kejadian serupa tidak terulang.
Kesaksian Saksi Mata terkait Pergerakan Tikus
Beberapa saksi mata menyatakan bahwa pergerakan tikus sebenarnya sudah terlihat beberapa hari sebelumnya. Detail kecil seperti itu sering terabaikan karena beban kerja tinggi, padahal dapat menjadi indikator ancaman serius bagi keselamatan pasien.
Dampak Kasus bagi Persepsi Publik dan Dunia Medis
Meski terjadi di luar negeri, dampaknya terasa hingga ke Indonesia. Layanan kesehatan dinilai harus melihat kejadian ini sebagai peringatan keras mengenai pentingnya sanitasi, pengawasan fasilitas, dan respons cepat terhadap ancaman lingkungan.
Refleksi dan Pelajaran dari Tragedi di Ruang NICU
Pada akhirnya, tragedi di Ruang NICU menjadi pengingat bahwa insiden seperti gigitan tikus tidak seharusnya terjadi di fasilitas kesehatan mana pun. Investigasi resmi diharapkan menghasilkan perbaikan signifikan dalam infrastruktur, standar kebersihan, dan sistem pengawasan.
Jika perbaikan dilakukan secara menyeluruh, ruang NICU dapat kembali menjadi simbol keselamatan dan harapan bagi keluarga yang menanti kesembuhan bayi mereka.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Global
Baca juga artikel lainnya: Gunung Sakurajima Meletus, Kolom Abu 4,4 Km Ganggu Penerbangan Jepang
