Tragedi Brigadir Esco, Sang Istri Briptu Rizka Jadi Tersangka!

LOMBOK, incaberita.co.id — Tragedi Brigadir Esco mengguncang Lombok Barat setelah jasadnya ditemukan di kebun belakang rumah di Dusun Nyiur Lembang, Desa Jembatan Gantung, Kecamatan Lembar. Brigadir Esco Faska Rely pertama kali ditemukan oleh mertuanya, Amaq Siun, dalam kondisi mengenaskan pada 24 Agustus 2025. Saat ditemukan, tubuh korban sudah membusuk, wajah rusak, dan leher terikat tali di bawah pohon. Awalnya, dugaan mengarah pada kasus gantung diri, namun hasil autopsi menunjukkan adanya tanda-tanda penganiayaan.
Kasus ini semakin menarik perhatian setelah polisi menetapkan sang istri, Briptu Rizka Sintiyani, sebagai tersangka utama dalam tragedi Brigadir Esco. Namun, sejumlah fakta baru membuat kasus ini menjadi penuh tanda tanya.
Rekonstruksi Tragedi Brigadir Esco yang Menyisakan Kontroversi
Rekonstruksi tragedi Brigadir Esco digelar di rumah Briptu Rizka. Dalam proses tersebut, pemeran pengganti diperintahkan untuk memeragakan adegan pembunuhan sesuai skenario penyidik. Total ada 50 adegan yang ditampilkan, disaksikan saksi ahli forensik dan tim Inafis. Namun, keluarga korban tidak puas karena tersangka tidak memperagakan langsung perannya.
Kericuhan pun pecah saat keluarga Esco meluapkan kemarahan. “Kok bisa diganti? Manusia laknat!” teriak salah seorang perwakilan keluarga di lokasi rekonstruksi. Kuasa hukum keluarga, Lalu Anton Heriawan, juga menyoroti adanya luka sayatan di wajah dan telapak tangan korban. Menurutnya, luka tersebut mengindikasikan adanya upaya perlawanan. “Tidak mungkin korban mati konyol. Kami yakini ada pelaku lain selain Briptu Rizka dalam tragedi Brigadir Esco,” ujarnya.
Dugaan Keterlibatan Pihak Lain yang Belum Terungkap
Kuasa hukum keluarga menegaskan bahwa tragedi Brigadir Esco tidak bisa hanya disimpulkan sebagai aksi tunggal. Bekas luka akibat benda tumpul di kepala, ditambah luka sayatan, menimbulkan dugaan adanya orang lain yang ikut berperan. “Naluri seseorang ketika terancam adalah melawan. Luka di telapak tangan korban adalah bukti nyata bahwa dia sempat melawan sebelum tewas,” kata Anton.
Sumber Gambar : Lombok Post
Sementara itu, pihak Polres Lombok Barat melalui Kasat Reskrim AKP Lalu Eka Arya Mardiwinata belum memberikan komentar resmi mengenai detail rekonstruksi. Hal ini semakin memperkuat spekulasi bahwa tragedi Brigadir Esco menyimpan lapisan misteri yang belum terungkap. Seorang warga sekitar, Mahrup, mengatakan, “Kami semua kaget. Selama ini almarhum dikenal ramah. Sulit dipercaya tragedi Brigadir Esco bisa terjadi dengan cara seperti ini.”
Harapan Keluarga agar Tragedi Brigadir Esco Diusut Tuntas
Keluarga korban berharap tragedi Brigadir Esco diusut dengan tuntas. Mereka menilai penyelidikan harus lebih transparan dan terbuka agar tidak menimbulkan kecurigaan. “Kami hanya ingin keadilan ditegakkan. Jangan ada fakta yang ditutup-tutupi dalam tragedi Brigadir Esco ini,” ujar salah satu kerabat korban.
Sejumlah pengamat hukum juga menyatakan kasus ini harus ditangani secara profesional. Dosen hukum pidana Universitas Mataram, Dr. Harun Santoso, menuturkan, “TragedBrigadirEsco bisa menjadi ujian besar bagi aparat kepolisian NTB. Prosesnya harus jelas, terbuka, dan tidak menimbulkan polemik baru.”
Masyarakat Lombok Barat kini menunggu kejelasan proses hukum tragediBrigadirEsco. Publik berharap aparat penegak hukum tidak berhenti hanya pada satu tersangka, tetapi benar-benar menyingkap siapa saja yang terlibat dalam peristiwa kelam ini.
Reaksi Psikolog terhadap Dampak Psikologis bagi Masyarakat
Pakar kriminologi Universitas Airlangga, Dr. Yudhistira Adiputra, menilai tragedi Brigadir Esco bukan hanya masalah hukum, tetapi juga berdampak psikologis pada masyarakat sekitar. Ia mengatakan, “Peristiwa ini menciptakan rasa takut dan ketidakpastian, khususnya bagi warga yang mengenal korban. Jika tidak ditangani secara profesional, rasa trauma bisa meluas.” Seorang psikolog lokal juga menyebut anak-anak di sekitar lokasi mengalami kecemasan setelah mengetahui detail kejadian.
Perspektif Aktivis HAM tentang Kewajiban Negara
Aktivis HAM, Siti Rahmawati, menegaskan bahwa negara berkewajiban memastikan tragedi Brigadir Esco diusut secara adil dan menyeluruh tanpa adanya intervensi pihak manapun. Menurutnya, jika ada bukti keterlibatan pihak lain, maka aparat tidak boleh menutup-nutupi atau mengabaikannya. Ia menambahkan bahwa masyarakat memiliki hak penuh untuk mengetahui proses hukum secara terbuka.
“Transparansi adalah kunci kepercayaan publik. Jika negara gagal menjawab misteri ini, maka citra penegakan hukum kita bisa runtuh dan memunculkan rasa apatis di tengah masyarakat,” jelasnya. Siti juga berharap kasus ini dijadikan momentum untuk memperkuat mekanisme pengawasan internal aparat agar setiap proses penyelidikan tidak hanya transparan, tetapi juga menjunjung tinggi rasa keadilan bagi keluarga korban maupun publik luas.
Dukungan Publik Menginginkan Tragedi Brigadir Esco Terungkap
Kasus ini juga ramai dibicarakan di media sosial. Ribuan netizen menuliskan tagar #KeadilanUntukEsco sebagai bentuk solidaritas. Seorang pengguna media sosial, Rafiq Hidayat, menulis, “Tragedi ini jangan berhenti di satu nama saja. Publik berhak tahu siapa dalang di balik peristiwa ini.” Dukungan publik ini menunjukkan bahwa kasus Esco sudah menjadi perhatian nasional dan menambah tekanan moral bagi aparat penegak hukum untuk segera menyelesaikannya.
Baca juga konten dengan artikel terkait yang membahas tentang berita lokal
Baca juga artikel menarik lainnya mengenai ID Pers Dicabut, Publik Desak Kasus Wartawan CNN Indonesia di Istana