June 27, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Pendaki Gunung Rinjani Asal Brazil yang Ditemukan Meninggal

Tragedi Memilukan Pendaki Gunung Rinjani Asal Brazil Meninggal Dunia

Jakarta, incaberita.co.id – “Seorang turis Brazil hilang di Pendaki Gunung Rinjani,” begitu headline yang saya baca di grup jurnalis travel Nusantara sekitar pertengahan minggu lalu. Awalnya terdengar seperti kasus hilang biasa, yang entah bagaimana nanti akan ditemukan dengan selamat oleh tim SAR setelah 1-2 hari pencarian.

Tapi kemudian, berita itu bergulir cepat. Update demi update di Twitter (eh, X) muncul. Banyak akun wisata dan rescue membagikan foto pendaki yang hilang. Namanya disebutkan: Lucas dos Santos Silva, 28 tahun, warga Rio de Janeiro yang sedang solo traveling di Asia Tenggara. Pendaki Gunung Rinjani, menurut unggahannya di Instagram, adalah “bucket list nomor satu” dalam hidupnya.

Empat hari setelah dinyatakan hilang, tubuh Lucas ditemukan tak bernyawa di jurang sekitar jalur Sembalun, dengan kondisi sudah membusuk ringan. Tidak ada luka yang mencurigakan, tidak ditemukan jejak perlawanan. Tapi dunia—terutama komunitas pendaki—terhenyak.

Ini bukan hanya tentang kehilangan satu nyawa. Tapi tentang bagaimana keindahan bisa berubah jadi petaka, dan bagaimana gunung, seindah apa pun, tetap punya sisi yang tidak bisa dianggap remeh.

Kronologi Lengkap Pendakian—Langkah Demi Langkah Menuju Bahaya

Image Source: Radar Bojonegoro

Mari kita rekonstruksi perjalanan terakhir Lucas berdasarkan keterangan resmi dari BKSDA NTB, tim SAR, dan wawancara dengan porter lokal.

Hari 1: Pendakian Dimulai

Lucas memulai pendakian pada hari Senin pagi, pukul 08.00 WITA dari pos pendakian Sembalun. Ia terdaftar resmi, dengan membawa perlengkapan lengkap, termasuk GPS tracker yang sempat aktif hingga pukul 18.00.

Saksi porter mengatakan, Lucas tampak ceria dan ramah. “Dia sempat ngobrol sama saya soal sunrise di Pelawangan. Katanya itu pemandangan paling dia tunggu.”

Hari 2: Hilang Kontak

Pukul 05.30 keesokan paginya, GPS milik Lucas mengirim sinyal terakhir di titik Pelawangan Sembalun. Tapi setelah itu—tidak ada jejak digital, tidak ada komunikasi.

Salah satu pendaki yang naik ke puncak pagi itu mengaku melihat “seseorang sendirian turun bukan lewat jalur biasa.” Tapi mereka mengira itu porter atau warga lokal. Setelah itu, Lucas tidak terlihat lagi.

Hari 3: Laporan Hilang

Pihak pengelola Pendaki Gunung Rinjani mulai curiga karena Lucas tidak check-out hingga sore. Tim SAR dikerahkan ke tiga titik utama: jalur Sembalun, jalur Senaru, dan kawasan lembah. Pencarian dilakukan siang-malam, dibantu relawan dan drone udara.

Hari 4: Tubuh Ditemukan

Lucas ditemukan di kedalaman sekitar 35 meter dari jalur utama, dalam posisi tubuh telentang, ransel terlempar 2 meter dari tubuh, dan tidak ada tanda-tanda luka serius. Diduga ia terpeleset dan jatuh saat menjelajah rute alternatif tanpa panduan.

Misteri dan Catatan Lapangan—Apa yang Salah?

Sebagai jurnalis yang juga pendaki, saya merasa kasus Lucas ini menyisakan banyak pertanyaan. Karena Pendaki Gunung Rinjani bukan gunung biasa. Ia tinggi (3.726 mdpl), memiliki medan kompleks, dan cuaca yang berubah drastis dalam hitungan jam.

1. Solo Hiking = Risiko Tinggi

Lucas mendaki sendirian. Meski beberapa orang menganggap solo hike sebagai bentuk pencarian jati diri, di Rinjani, itu sangat berisiko.

“Kalau dia jatuh dan pingsan di area sepi, siapa yang bantu?” kata Gani, porter lokal asal Bayan. “Kami selalu sarankan naik minimal berdua. Tapi banyak bule yang ngeyel karena merasa sudah pernah mendaki gunung lain di negaranya.”

2. GPS Tidak Cukup

Lucas memang bawa GPS. Tapi seperti disebutkan tim SAR, sinyal di area Pelawangan sangat fluktuatif, apalagi jika turun ke jalur tidak resmi. Sinyal bisa lenyap total.

3. Jalur Alternatif = Bukan Jalur Aman

Diduga Lucas mencoba jalur “belakang” yang biasa digunakan oleh porter lokal untuk memotong rute. Jalur ini curam, sempit, dan penuh bebatuan lepas.

“Itu jalur maut,” ujar seorang volunteer SAR. “Kalau tidak biasa, bisa terperosok tanpa ada yang tahu.”

Respon Komunitas dan Keluarga—Kesedihan, Solidaritas, dan Refleksi

Begitu berita meninggalnya Lucas dikonfirmasi oleh tim SAR dan Kedubes Brazil, ucapan duka membanjiri media sosial. Teman-temannya dari Brazil menuliskan pesan haru di akun Instagram-nya, yang hingga kini masih terbuka dan menjadi memorial digital tak resmi.

Komunitas Pendaki Berkumpul

Sejumlah komunitas pendaki Indonesia menggelar doa bersama dan hiking tribute untuk mengenang Lucas. Beberapa guide lokal juga mengusulkan untuk membuat titik peringatan kecil di dekat lokasi jatuhnya.

“Dia datang bukan untuk cari masalah. Dia datang karena cinta alam. Dan sayangnya, dia tak sempat pulang,” ujar salah satu pemandu yang ikut pencarian.

Respon dari Brasil

Kementerian Luar Negeri Brazil menyampaikan terima kasih atas bantuan warga lokal dan pemerintah Indonesia. Jenazah Lucas dipulangkan ke Rio de Janeiro tiga hari setelah ditemukan.

Pelajaran Besar dari Pendaki Gunung Rinjani—Untuk Pendaki, Pemerintah, dan Kita Semua

Tragedi ini bukan yang pertama di Pendaki Gunung Rinjani. Tapi kasus Lucas meninggalkan kesan mendalam karena profilnya yang aktif, well-prepared secara alat, dan tampak berpengalaman.

Apa yang Bisa Kita Pelajari?

1. Jangan Solo Hike di Gunung Besar

Rinjani bukan tempat main-main. Solo hiking di medan ekstrem seperti ini adalah pertaruhan nyawa. Selalu naik minimal berdua, atau gunakan jasa guide lokal yang tahu medan.

2. Ikuti Jalur Resmi, Jangan Eksplor Jalur Alternatif Tanpa Pendamping

Banyak jalur off-track terlihat aman di peta, tapi mematikan di lapangan.

3. Perbarui Sistem Keamanan Gunung

  • Titik CCTV atau sensor gerak di area rawan

  • Check-in/check-out berbasis digital

  • Pelatihan bahasa asing untuk petugas pos

4. Promosikan Etika Mendaki

Bukan cuma soal bawa turun sampah, tapi juga soal kesadaran risiko, menghargai medan, dan komunikasi dengan sesama pendaki.

Penutup: Di Antara Kabut dan Jurang, Ada Nama yang Harus Kita Ingat

Lucas bukan hanya korban. Ia adalah simbol dari ribuan pendaki yang datang dengan semangat eksplorasi, tapi pulang sebagai pelajaran bagi kita semua.

Bahwa gunung itu indah, tapi juga sunyi. Ia menyambut, tapi tidak pernah menjanjikan keselamatan.

Sebagai pembawa berita yang juga pernah melintasi jalur Rinjani dan tertunduk kagum di bawah langit Segara Anak, saya bisa katakan: jangan pernah remehkan alam. Ia bukan tempat untuk pamer, tapi tempat untuk belajar rendah hati.

Selamat jalan, Lucas. Langit di puncak sana kini punya satu bintang lagi yang bersinar dari jurang yang sunyi.

Baca Juga Artikel dari: WNI dari Iran Tiba, Perjalanan Panjang Pulang ke Indonesia

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Lokal

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved