Malang Terendam Banjir Desember 2025: Laporan Lengkap dari Lapangan, Penyebab, Dampak, dan Penanganan yang Dikebut
Jakarta, incaberita.co.id – Pagi itu, udara Malang yang biasanya sejuk mendadak terasa lebih lembap dari biasanya. Mendung menggantung sejak subuh, namun tidak ada tanda-tanda bahwa kota yang dikenal dengan udara pegunungannya itu akan menghadapi salah satu banjir terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Sekitar pukul 07.30, warga di kawasan Lowokwaru mulai mendengar suara gemuruh air. Awalnya dikira hanya aliran hujan biasa, tapi beberapa menit kemudian air mulai menggenang di halaman rumah. “Airnya bukan cuma cepat naik, tapi juga deras, seperti ada yang jebol di atas sana,” kata Pak Yanuar, salah satu warga Tunggulwulung yang saya temui tak lama setelah Malang Terendam Banjir mencapai lutut orang dewasa.
Sebagai pembawa berita yang sudah sering meliput bencana hidrometeorologi, saya bisa merasakan bahwa Malang Terendam Banjir Desember 2025 di Malang ini bukan banjir biasa. Kejadian ini merupakan kombinasi cuaca ekstrem, luapan sungai, dan drainase kota yang tidak mampu menahan curahan hujan. Laporan ini adalah rangkuman lengkap dari peristiwa yang membuat kota Malang — yang biasanya tenang dan teratur — mendadak lumpuh.
Mulai dari kronologi banjir, penyebab mendalam, dampak ke warga dan aktivitas kota, hingga upaya penanganan yang dilakukan pemerintah daerah, semuanya saya rangkum di sini dengan sudut pandang yang dekat dengan warga dan pengalaman di lapangan.

Image Source: CNN Indonesia
Malang Terendam Banjir Desember 2025 ini terjadi begitu cepat hingga sebagian warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang penting. Berikut kronologi lengkapnya.
Hujan mulai turun sekitar pukul 22.00 malam sebelumnya. Intensitas semakin meningkat menjelang pukul 01.00 dini hari. BMKG sempat mengeluarkan peringatan potensi cuaca ekstrem, namun banyak warga belum menyadari bahwa aliran sungai sudah mulai meninggi.
Sekitar pukul 03.00, debit Sungai Brantas meningkat cepat. Kawasan Blimbing dan Kedungkandang mulai terdampak. Air merambat melalui saluran drainase dan masuk ke pemukiman.
Pada jam-jam inilah Malang Terendam Banjir benar-benar mencapai puncaknya.
Di kawasan Soekarno-Hatta, air mencapai 50–70 cm.
Di Tlogomas dan Dinoyo, genangan mencapai pinggang orang dewasa.
Jalan Veteran macet total karena motor dan mobil berhenti akibat mesin terendam.
Warga menggambarkan air naik seakan-akan tidak memberi waktu untuk bernapas. “Baru setengah jam saya angkat barang-barang, air sudah sampai meja,” kata Bu Niken, pemilik kos-kosan dekat kampus.
Sekitar pukul 11.30, sebagian wilayah mulai menunjukkan tanda surut. Namun pekerjaan warga baru dimulai: membersihkan lumpur, menjemur kasur, memperbaiki perabot, dan menilai kerusakan.
Malang Terendam Banjir besar di Malang ini tidak terjadi karena satu faktor saja. Ada beberapa penyebab utama yang saling berkaitan:
Curah hujan Desember terlihat jauh di atas rata-rata. Ini sesuai tren nasional di mana hujan ekstrem semakin sering terjadi akibat perubahan pola iklim. Hujan semalaman dengan debit tinggi membuat tanah jenuh air, sehingga limpasan meningkat drastis.
Banyak titik banjir ternyata berasal dari luapan sungai kecil yang terhubung ke Brantas, seperti di kawasan Madyopuro dan Bumiayu. Air meluap ke arah permukiman karena kapasitas sungai tidak mampu menahan volume air.
Salah satu penyebab yang paling sering dikeluhkan warga adalah sistem drainase Malang yang tidak memadai. Di beberapa titik, drainase bahkan tersumbat sedimentasi dan sampah.
Beberapa area di Lowokwaru dan Blimbing yang dulu adalah lahan resapan kini berubah menjadi kawasan perumahan padat. Kapasitas tanah untuk menyerap air menurun drastis.
Desember 2025 disebut sebagai salah satu bulan dengan anomali cuaca terkuat di Jawa Timur. Angin monsun memperkuat sistem hujan sehingga hujan tidak hanya deras tetapi juga tahan lama.
Perpaduan faktor-faktor inilah yang membuat Malang — kota yang biasanya relatif aman dari banjir besar — akhirnya kewalahan menghadapi limpasan air.
Malang Terendam Banjir ini mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan warga Malang.
Kota Malang dikenal sebagai kota pendidikan. Banyak kampus besar seperti UB, UM, dan UMM harus menunda perkuliahan. Ratusan mahasiswa yang tinggal di kos-kosan terjebak di kamar mereka.
Data sementara di beberapa bengkel menunjukkan puluhan motor dan mobil masuk dalam kondisi water damage. Banyak kendaraan mogok karena mesin terendam air bercampur lumpur.
Di beberapa titik seperti Sukun dan Buring, warga mengungsi ke balai RW dan masjid. Mereka membawa perlengkapan seadanya.
Pedagang di Pasar Oro-Oro Dowo dan Pasar Besar kehilangan barang dagangan karena basah dan rusak. Kerugian diperkirakan mencapai jutaan rupiah bagi setiap pedagang.
Banyak warga mengaku trauma. Seorang ibu rumah tangga berkata, “Seumur hidup tinggal di Malang, baru kali ini lihat banjir segede ini.” Ketakutan ini muncul karena Malang bukan kota langganan banjir besar, sehingga warganya tidak terbiasa menghadapi kejadian seperti ini.
Begitu laporan banjir masuk, respons pemerintah terlihat cepat, meski tetap dihadapkan pada kendala lapangan.
Dinas PUPR menerjunkan pompa portable di titik-titik terdampak paling parah seperti Lowokwaru dan Sawojajar. Namun karena debit air yang besar, proses penyedotan tidak berjalan secepat yang diharapkan.
BPBD membuka beberapa titik pengungsian. Bantuan berupa selimut, makanan cepat saji, dan air minum didistribusikan.
Petugas membersihkan saluran air yang tersumbat, terutama di jalan besar yang terdampak luapan air.
Polisi mengalihkan rute di belasan titik agar kendaraan tidak terjebak di area Malang Terendam Banjir.
BMKG terus memberi pembaruan agar warga tidak kaget bila terjadi banjir lanjutan dalam 24–48 jam.
Meski upaya penanganan dilakukan, banyak warga menilai bahwa upaya pencegahan masih kurang dan tidak sebanding dengan kebutuhan kota yang makin padat penduduk.
Peristiwa banjir Desember 2025 menjadi titik balik penting bagi Malang. Ada beberapa pelajaran besar:
Sistem drainase harus diperbarui dan diperlebar agar mampu menampung debit hujan ekstrem.
Daerah resapan yang berubah menjadi perumahan harus dikaji ulang agar tidak terjadi penyempitan jalur air.
Warga perlu dibekali pengetahuan dasar seperti mematikan listrik, mengevakuasi dokumen, dan memahami rute evakuasi.
Sungai-sungai kecil perlu dinormalisasi agar dapat menahan debit air dari hulu ke hilir.
Dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan pesat, Malang membutuhkan kebijakan jangka panjang terkait tata kota dan pengendalian air.
Melihat langsung Malang Terendam Banjir Desember 2025 di Malang membuat saya sadar bahwa kota ini menghadapi tantangan yang berbeda dari sebelumnya. Jika dulu Malang dikenal tenang, kini kota ini harus menghadapi kenyataan perubahan iklim, urbanisasi pesat, dan infrastruktur yang belum siap.
Namun di balik itu semua, solidaritas warga terlihat kuat. Gotong royong membersihkan jalan, membantu tetangga mengangkat barang, hingga menyiapkan makanan bagi pengungsi kecil-kecilan — semua itu menunjukkan bahwa kota ini punya kekuatan untuk bangkit.
Pertanyaannya bukan lagi apakah banjir akan datang lagi, tetapi apakah Malang siap ketika itu terjadi.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Lokal
Baca Juga Artikel Dari: Rob Jakarta Memuncak: Laporan Lengkap dari Lapangan, Penyebab, Dampak, dan Upaya Penanganan yang Sedang Dikebut