November 7, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Gerebek Besar-Besaran Kartel Narkoba Kampung Bahari: Ketika Kartel Menguasai Sudut Tanjung Priok

Aparat Lawan Kartel yang Kuasai Gang-gang Sempit Jakarta Utara

Jakarta, incaberita.co.id – Di kawasan pinggiran Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, suasana Sabtu pagi tampak seperti biasa — pedagang kopi membuka lapak, motor lewat pelan di gang-gang sempit, anak-anak sekolah menyeberang rel kereta api. Namun pada pukul sekitar 07.00 WIB, ribuan warga terperangah ketika serombongan petugas kepolisian bersiaga di pintu masuk kampung yang dikenal sebagai Kartel Narkoba Kampung Bahari. Operasi besar-besaran dilancarkan, dan sesaat kemudian banyak hal yang selama ini tersembunyi mulai terbuka.
Barang bukti narkoba, senjata tajam, bahkan drone dan kamera pemantau—semuanya ditemukan dalam “kartel” berbasis di kampung itu. Dalam satu adegan yang mencuat ke permukaan: petugas mendobrak sebuah bedeng kayu-tripleks yang hanya berukuran 3×4 meter, di mana AC masih menyala, karaoke masih berdengung, dan bong menunggu pengguna.

Mengungkap Kartel: Skema, Infrastruktur, dan Taktik

Image Source: SINDOnews.com

Istilah “kartel” mungkin sering dikaitkan dengan kelompok kriminal berskala besar di luar negeri. Tapi di Kampung Bahari, skema serupa — meski dalam skala lebih kecil — ternyata berjalan dengan sistem yang cukup rapi.

2.1 Infrastruktur yang Disamarkan

Ketika petugas memasuki kawasan Kampung Bahari pada razia 13 Juli 2024, mereka menemukan fakta-menarik: lapak narkoba yang tampak “rumah biasa”. Bedeng ukuran kecil yang berfungsi sebagai apotek narkoba, dilengkapi AC, CCTV, bahkan drone untuk memantau kedatangan polisi.
Contohnya: “Di salah satu bedeng terdapat tulisan ‘DILARANG MAIN HP’. Lalu ‘SEWA ALAT Rp 5.000 OKE’. Tulisan-tulisan seperti ini menunjukkan sistem internal yang sudah terstruktur.”
>Hal ini menggambarkan bahwa kartel di kawasan ini bukan hanya penjual jalanan biasa, melainkan memiliki struktur, pembagian peran, dan metode pengamanan. Drone dan decoder CCTV misalnya, digunakan untuk memantau apakah polisi akan datang — semacam early warning system internal mereka.

2.2 Barang Bukti dan Modus Operandi

Dalam razia yang sama, polisi menyita paket sabu bruto 103 gram, 26 paket kecil sabu, 12 timbangan digital, serta alat bong, senjata air gun, senapan rakitan, hingga petasan dan gas CO2.
>Salah seorang pengguna yang diamankan mengaku memperoleh barang haram dari rumah di Kampung Bahari — bukan lewat jalan besar, melainkan melalui jaringan bawah tanah yang sudah terbentuk. Modus lainnya: lokasi yang tersembunyi di pinggir rel kereta, bedeng kayu-tripleks yang tampak sederhana tetapi terdapat alat pemantau dan sistem keamanan terselubung. Pengguna dan bandar bahkan “menyewa alat isap” (bong) di lokasi untuk keperluan konsumsi langsung.
>Untuk Baginda: bayangkan sebuah kelompok yang tidak hanya menjual, tetapi juga menyediakan fasilitas konsumsi, sistem keamanan, dan struktur bisnis — ini jauh lebih kompleks daripada warung narkoba biasa.

2.3 Tantangan Penegakan di Lapangan

Ketika petugas memasuki Kampung Bahari, mereka sempat dihadang oleh sekelompok orang yang bertindak agresif. Tawuran, senjata tajam, bahkan air-gun menjadi bagian dari resistensi terhadap penegakan hukum.
>Ini menunjukkan betapa kartel lokal ini “melindungi” wilayahnya — bukan dengan senjata api besar, namun dengan senjata tajam dan alat represi lainnya yang cukup efek-nya nyata.
>Jadi ketika kita berbicara tentang “kartel narkoba” di Kampung Bahari, ini bukan sekadar penjualan narkoba – ini adalah penguasaan wilayah, kontrol sosial, dan bahkan intimidasi terhadap aparat.

Dampak Sosial di Kampung Bahari dan Sekitarnya

Tak hanya penegak hukum yang menanggung beban — warga Kampung Bahari dan lingkungan sekitar ikut merasakan dampaknya. Dampak ini penting untuk kita pahami secara manusiawi, bukan hanya statistik.

3.1 Kehidupan Warga di Tengah Kartel

Satu kisah yang saya dengar (fiktif namun realistis): Pak Budi, 52 tahun, sudah tinggal di Kampung Bahari sejak puluhan tahun. Setiap malam, ia mendengar suara motor berhenti, ketukan pintu, bisikan di gang sempit. “Kadang saya tak berani keluar, takut salah waktu,” katanya lirih.
Kehidupan sosial berubah: gang yang dulunya aman untuk anak-anak bermain, kini menjadi jalur lalu-lintas pengguna dan bandar. Anak-anak Pak Budi terkadang pulang lebih lambat karena mereka harus melewati gang yang kini sering dipenuhi motor terparkir sembarangan dan aktivitas mencurigakan.
>Ketika razia dilakukan, banyak warga mengeluh ikut terganggu: akses tertutup, polisi datang dengan sorot lampu besar, lalu suasana tenang malam itu pecah. Hal sederhana seperti: “Saya tak bisa tidur tenang” mulai menjadi keluhan umum.
>Kartel telah menanamkan efek psikologis: daripada takut kepada warga biasa, warga mulai takut akan yang tak nampak — transaksi di malam hari, pertukaran paket kecil, dan suara engsel pintu yang terbuka tengah malam.

3.2 Lingkungan yang Terkorupsi Secara Halus

Ketika kartel menguasai area fisik seperti Kampung Bahari, pengaruh sosial juga hadir: bedeng-bedeng kecil berubah fungsi menjadi “apotek narkoba”, ada renta data transaksi, sistem sewa alat bong, hingga penghitungan uang di lokasi.
Warga yang ingin lepas dari lingkungan itu tak selalu punya jalan keluar mudah: stigma, keterikatan sosial, atau takut sebagai “pelapor”. Dalam razia, sebagian orang yang diamankan ternyata pengguna—22 orang dari 31 dalam satu operasi di Kampung Bahari terbukti positif narkoba.
>Lingkungan sosial pun menjadi rusak: ikatan komunal – yang dulu terjalin lewat saling tahu antar tetangga – tergantikan oleh rasa was-was dan jarak. Anak-anak bermain semakin terbatas, warga dengan sendirinya mulai “menutup jendela” secara mental dan fisik.

3.3 Implikasi Lebih Luas bagi Jakarta Utara

Kampung Bahari bukan zona terisolasi — ia berada di jantung Jakarta Utara, dekat pelabuhan, dekat rel kereta, dengan akses cepat ke berbagai wilayah. Penguasaan kartel di sini berarti potensi distribusi narkoba yang lebih luas ke daerah-daerah di Jakarta.
>Polisi sudah menyebut bahwa targetnya adalah menekan angka kriminalitas seperti tawuran remaja, peredaran narkoba, dan konflik geng di daerah ini.
>Untuk Baginda, gambaran ini menyadarkan kita bahwa ketika satu kampung seperti Kampung Bahari tak terkendali, efeknya tak berhenti di satu gang — melainkan merambat ke seluruh kota. Infrastruktur pelabuhan, rel kereta, akses jalan—semuanya menjadi jalur potensial distribusi.

Penggerebekan dan Penegakan Hukum: Bagaimana Cara Polisi Menghadapi Kartel

Operasi yang terjadi di Kampung Bahari bukan sekali. Dari awal tahun hingga pertengahan 2025, beberapa kali razia besar dilakukan dengan hasil yang bervariasi.

4.1 Kronologi Penggerebekan

  • Maret 2024: Razia di Kampung Bahari, polisi mengamankan 26 orang dan menyita sabu, ganja, timbangan digital, senjata tajam serta senjata api rakitan.

  • Juli 2024 (13 Juli): Operasi besar dengan 200 personel di tiga lokasi di Kampung Bahari. 31 orang ditangkap, banyak barang bukti seperti drone, decoder CCTV, bong, timbangan digital.

  • Mei 2025 (25 Mei): Petugas kembali menggerebek Kampung Bahari. 9 orang diamankan, senjata tajam hingga narkoba disita.

Dari rangkaian ini terlihat: frekuensi penggerebekan meningkat. Tapi meskipun demikian, pengaruh kartel masih terasa — mengindikasikan bahwa tindakan polisi, walau signifikan, adalah bagian dari proses panjang.

4.2 Tantangan Teknis dan Strategis

Polisi menghadapi beberapa tantangan dalam penggerebekan kartel narkoba seperti di Kampung Bahari:

  • Kompleksitas wilayah: gang sempit, rumah kayu, akses tersembunyi membuat patroli sulit.

  • Sistem pengamanan kartel: penggunaan drone, CCTV, pelindung di malam hari.

  • Resistensi langsung: saat petugas memasuki kawasan, ada perlawanan.

  • Rehabilitasi dan penanganan pengguna: dari 31 orang yang ditangkap pada Juli 2024, 22 positif narkoba dan perlu rehabilitasi.

  • Sustainabilitas: Operasi harus diikuti dengan pemulihan sosial, pengawasan terus-menerus, dan partisipasi masyarakat.

4.3 Apa yang Sudah dan Belum DilakukanNamun yang belum optimal: pengembalian stabilitas sosial di Kampung Bahari, pemberdayaan warga agar lingkungan tak kembali dikuasai kartel, dan sistem jangka panjang untuk memutus rantai distribusi narkoba dari kawasan ini ke wilayah lain.

Refleksi, Arah ke Depan, dan Pesan untuk Publik

Kisah Kampung Bahari bukan hanya soal kriminalitas — ini soal sistem, soal ruang sosial yang rapuh, dan soal bagaimana kita sebagai masyarakat memahami peran kita.

5.1 Pelajaran bagi Penegakan Hukum

  • Tidak cukup hanya razia: perlu program lanjutan seperti pemulihan lingkungan, kerja sama warga, patroli rutin.

  • Penegakan harus lebih cepat, lebih masif saat muncul resistensi dari kartel agar tak memberi sinyal bahwa mereka mampu “bertahan”.

  • Proteksi terhadap polisi dan petugas lapangan juga penting—situasi seperti di Kampung Bahari menunjukkan risiko yang nyata.

5.2 Peran Masyarakat Lokal

Warga di Kampung Bahari punya peran krusial. Bila warga pro-aktif melapor aktivitas mencurigakan, maka kemampuan kartel untuk “bersembunyi” akan menurun. Seperti kata Komandan Satuan Brimob: “Sinergi antara masyarakat dan aparat sangat penting.”

Kita tak bisa hanya menonton dari luar dan berpikir “ah itu bukan wilayah saya”. Karena saat kartel menguasai satu kampung—efeknya bisa ke jalan kecil di depan rumah kita, ke anak sekolah kita, ke lingkungan tetangga kita.

Kesimpulan

Penggerebekan besar-besaran di Kampung Bahari Tanjung Priok membongkar skema kartel narkoba yang selama ini beroperasi dengan relatif bebas – jaringan yang punya sistem pengamanan, fasilitas, dan pengaruh sosial.
>Keyword Kartel Narkoba Kampung Bahari bukan sekadar tajuk berita — ia mewakili realita kompleks tentang bagaimana narkoba, kekuatan wilayah dan kontrol sosial bisa bersatu dalam satu kampung urban.
>Meski penegakan sudah berjalan, tantangan masih besar: dari stabilisasi sosial, pemulihan lingkungan, hingga pemutusan rantai distribusi.
>Bagi kita semua — warga, penulis, pekerja konten — memahami kisah ini berarti memahami bahwa keadilan, keamanan, dan kebersamaan bukan hanya tugas aparat, melainkan tugas kolektif.
>Semoga kisah Kampung Bahari mendorong kita untuk lebih waspada, lebih peduli, dan lebih aktif dalam menjaga lingkungan kita agar tak menjadi zona “kartel” berikutnya.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait: Lokal

Baca Juga Artikel Dari: Kebakaran Mendadak di Kediaman Hakim Khamozaro Waruwu – Ketika Api Menguji Independen Peradilan

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved