Kardinal Becciu Mundur dari Konklaf: Kontroversi Gereja Katolik?

Pagi itu, notifikasi breaking news di layar HP saya berbunyi: “Kardinal Becciu menyatakan mundur dari hak pilih dalam konklaf berikutnya.” Saya langsung berhenti mengetik. Sebagai jurnalis yang sudah cukup lama meliput isu-isu Vatikan, berita ini bukan sekadar headline biasa. Ini sejarah. Ini mengguncang peta politik rohani di pusat kekristenan dunia.
Kardinal Giovanni Angelo Becciu — sosok kuat, mantan Sekretaris urusan umum Sekretariat Negara Vatikan — memutuskan mundur secara sukarela dari haknya untuk memilih Paus baru dalam konklaf mendatang. Dan alasannya? Demi “kebaikan Gereja”.
Kita bisa berdebat panjang tentang makna kalimat itu, tapi satu hal jelas: ini keputusan besar dari seorang figur yang dulunya digadang-gadang sebagai salah satu kandidat potensial Paus. Jadi… ada apa sebenarnya?
Sebuah Pengakuan Mengejutkan dari Dalam Vatikan
Image Source: promediateknologi.id
Siapa Sebenarnya Kardinal Becciu?
Buat kamu yang belum terlalu familiar, Giovanni Angelo Becciu bukan nama sembarangan di Vatikan. Lahir di Sardinia, Italia, tahun 1948, Becciu meniti karier diplomatik di tubuh Gereja Katolik dengan sangat cepat.
Dia pernah ditugaskan di Nigeria, Kuba, bahkan Angola, sebelum akhirnya dipercaya Paus Benediktus XVI masuk ke lingkaran dalam Sekretariat Negara Vatikan. Dan puncaknya? Diangkat jadi Kardinal oleh Paus Fransiskus pada 2018.
Selama bertahun-tahun, Becciu dikenal sebagai “fixer” internal — orang yang tahu jalur-jalur belakang, tapi juga lihai menjaga wajah Gereja di kancah diplomatik. Karismatik, disiplin, dan ya… kontroversial. Karena di balik senyum hangatnya, ada tuduhan serius yang membayang.
Skandal Keuangan: Titik Balik Karier Sang Kardinal
Tahun 2020 jadi titik balik. Becciu tiba-tiba diminta mundur dari jabatannya oleh Paus Fransiskus. Banyak yang menduga ini terkait penyelidikan atas investasi properti mencurigakan di London yang diduga merugikan keuangan Vatikan puluhan juta Euro.
Namanya muncul dalam laporan keuangan Takhta Suci, disebut terlibat dalam pengalihan dana ke perusahaan milik saudaranya. Meski Becciu membantah keras, tekanan publik dan internal memaksa ia mundur dari jabatan strategis — walau tetap menyandang gelar Kardinal.
Sejak itu, Becciu hidup dalam bayang-bayang investigasi. Ia tetap hadir di acara-acara keagamaan, tapi posisinya tidak lagi sekuat dulu. Hingga akhirnya, pada Mei 2025, ia secara resmi mengumumkan mundur dari keikutsertaan dalam konklaf.
Mundur dari Konklaf: Apa Artinya?
Image Source: inews.co.id
Dalam tradisi Gereja Katolik, konklaf adalah pertemuan tertutup para kardinal di Kapel Sistina untuk memilih Paus baru. Hanya kardinal berusia di bawah 80 tahun yang punya hak pilih. Dan Becciu, 77 tahun, secara usia masih sangat layak.
Jadi, keputusan mundur ini bukan hal remeh. Ini seperti pemain utama yang tiba-tiba menarik diri dari final Liga Champions. Dampaknya? Simbolik dan politis. Ia mengirim pesan bahwa dirinya tidak ingin jadi penghalang bagi masa depan Gereja.
“Saya tidak ingin kehadiran saya di konklaf nanti menjadi batu sandungan. Saya ingin Gereja bebas memilih pemimpin terbaiknya, tanpa bayang-bayang kontroversi,” ujar Becciu dalam pernyataan resminya.
Beberapa pihak menyebut ini bentuk tobat politik. Ada juga yang menganggapnya bentuk tekanan halus dari Vatikan untuk menyingkirkan nama-nama yang bisa merusak kredibilitas pemilihan Paus ke depan.
Reaksi Umat dan Internal Vatikan
Tanggapan atas keputusan ini bervariasi. Beberapa tokoh Katolik progresif memuji langkah Becciu sebagai bentuk kepekaan moral. Uskup Agung Manila menyebutnya sebagai “contoh kerendahan hati yang langka di kalangan tinggi Gereja.”
Namun di sisi lain, kubu konservatif melihat ini sebagai upaya menyingkirkan tokoh-tokoh tradisionalis. Mereka khawatir, konklaf mendatang akan terlalu didominasi kelompok pro-reformasi yang mendorong Gereja ke arah yang mereka anggap terlalu liberal.
Di kalangan awam, banyak yang bingung. Nama Becciu mungkin tidak sepopuler Paus Fransiskus, tapi bagi umat Katolik yang mengikuti perkembangan Vatikan, ini seperti menonton drama besar dengan plot twist yang tak terduga.
Saya sempat bertanya ke Romo Darius, pastor muda di Jakarta yang aktif di media sosial. “Menurut Romo, ini kabar baik atau buruk?” Dia jawab sambil tersenyum, “Tergantung niatnya. Tapi setidaknya, ini bukti Gereja mulai transparan.”
Apa Dampaknya bagi Konklaf Mendatang?
Konklaf belum ditentukan tanggal pastinya, karena Paus Fransiskus masih menjabat. Tapi wacana tentang suksesi paus sudah ramai sejak isu kesehatan beliau mencuat. Dengan mundurnya Becciu, satu suara hilang — dan itu bisa sangat berpengaruh.
Dalam konklaf, dinamika antar kubu bisa sangat ketat. Satu suara bisa jadi penentu. Becciu dikenal dekat dengan sejumlah kardinal Eropa dan Amerika Latin. Mundurnya dia bisa menggoyang peta koalisi internal.
Selain itu, ini bisa jadi preseden. Akankah tokoh lain yang terlibat skandal atau kontroversi juga mundur? Apakah Vatikan akan lebih aktif menyaring kandidat berdasarkan reputasi etis, bukan hanya kompetensi teologis?
Pertanyaan-pertanyaan ini akan terus membayangi. Tapi yang pasti, mundurnya Becciu membuka ruang bagi wajah-wajah baru untuk tampil.
Penutup: Tentang Pengunduran Diri, Dosa, dan Harapan
Kisah Kardinal Becciu adalah potret kompleksnya kehidupan Gereja Katolik modern. Di satu sisi, ada spiritualitas, keheningan, dan pelayanan. Di sisi lain, ada politik internal, uang, dan reputasi.
Pengunduran dirinya dari konklaf mungkin bukan akhir cerita. Bisa jadi ini awal dari proses pertobatan, atau justru langkah mundur strategis. Tapi bagi kita — umat, jurnalis, atau sekadar pengamat — ini pengingat bahwa bahkan dalam institusi paling kudus, manusia tetap manusia.
Dan semoga, dari drama ini, muncul Paus baru kelak yang membawa terang. Bukan hanya untuk Vatikan, tapi untuk dunia yang haus akan pemimpin spiritual yang jujur, bersih, dan berani berdiri di tengah badai.
Baca Juga Artikel dari: Kebakaran Hutan Israel: Menghanguskan 6.000 Acre Hutan dan Dampak yang Terjadi
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Global