September 22, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Jokowi Pamer Jaket PSI: Drama Politik Jelang Kongres

Perang Politik? Jokowi Kini Pamer Jaket PSI Menjelang Kongres

Jakarta, incaberita.co.id – tengah Juli. Hawa politik mulai menghangat, bukan hanya karena peta koalisi yang belum final, tapi juga karena satu momen visual yang tiba-tiba jadi perbincangan publik: Jokowi Pamer Jaket PSI. Bukan saat acara formal, bukan pula dalam konferensi pers—melainkan dalam unggahan kasual dan santai yang justru terasa sangat strategis.

Foto tersebut diunggah di akun resmi PSI dan langsung viral. Jokowi terlihat mengenakan jaket merah bergaris hitam-putih, dengan logo PSI terpasang rapi di dada kiri. Tidak ada pernyataan panjang. Hanya sebuah kalimat pendek, hampir seperti caption Instagram anak muda: “Terima kasih untuk jaketnya.”

Tapi, seperti kita tahu bersama, di dunia politik, tidak ada yang benar-benar kasual. Terlebih menjelang kongres PSI yang disebut-sebut akan menjadi ajang penegasan arah politik partai tersebut pasca pemilu legislatif dan presiden.

Anekdot fiktif:
Ari, seorang pengamat politik muda dari Bandung, bercanda di Twitter, “Kalau Jokowi Pamer Jaket PSI, itu biasa. Tapi jaket PSI? Itu kayak ayah angkat yang bilang: ‘Kamu anakku juga, Nak.’” Cuitannya mendapat ribuan retweet, sebagian setuju, sebagian lagi bingung apakah ini sekadar gestur atau sinyal besar.

Tak bisa dimungkiri, momen ini mengirimkan pesan yang tidak main-main. Dan kami mencoba membongkarnya, lembar demi lembar.

PSI dan Jokowi—Hubungan Lama yang Selalu “Hangat”

Jokowi Pamer Jaket PSI

Image Source: Liputan6

Partai Solidaritas Indonesia atau PSI bukan nama asing dalam orbit Jokowi. Sejak awal berdiri, partai ini secara terbuka dan tegas menyatakan dukungan terhadap kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Bahkan saat partai-partai lain masih gamang soal dukungan, PSI sudah lebih dulu menyebut Jokowi sebagai figur utama yang mereka percayai.

Pada Pemilu 2019, PSI menjadi satu dari sedikit partai yang tidak hanya mengusung Jokowi-Ma’ruf Amin, tapi juga berkampanye militan di kalangan pemilih muda urban. Meskipun saat itu gagal menembus ambang batas parlemen, semangat PSI tak surut. Mereka tetap muncul di berbagai diskusi publik dengan sikap yang konsisten: pro-Jokowi, anti intoleransi, dan sangat aktif di media sosial.

Catatan menarik:
Ketua Umum PSI kala itu, Grace Natalie, pernah mengatakan bahwa “Jokowi adalah role model dalam politik bersih dan kerja nyata.” Sikap ini tidak berubah bahkan setelah Grace mendapat posisi di pemerintahan sebagai staf khusus presiden.

Lalu, apa sebenarnya makna kedekatan ini? Apakah sekadar dukungan moral, atau ada rencana politik lebih besar di baliknya?

Melihat dinamika terakhir, banyak analis meyakini bahwa PSI sedang bersiap mengambil peran lebih besar dalam lanskap politik nasional, terutama setelah masuknya tokoh-tokoh muda seperti Kaesang Pangarep—putra bungsu Jokowi—ke dalam tubuh partai.

Jaket Sebagai Simbol Politik—Seni Komunikasi Nonverbal ala Jokowi

Bukan pertama kali Presiden Jokowi memanfaatkan pakaian sebagai medium komunikasi politik. Dari kemeja putih yang jadi ikon kampanye hingga jaket bomber saat menginspeksi proyek, gaya busana Jokowi kerap mengandung narasi terselubung.

Jaket PSI ini bukan sekadar busana, tapi bisa dibaca sebagai endorsement visual—pesan politik tanpa perlu menyampaikan pidato. Dalam komunikasi politik, ini disebut visual framing, yakni menciptakan narasi lewat simbol visual yang mudah ditangkap oleh publik luas.

Apa saja kemungkinan pesan yang terkandung di balik Jokowi Pamer Jaket PSI tersebut?

  1. Restu Personal:
    Dengan mengenakan jaket tersebut, Jokowi bisa saja sedang memberi sinyal dukungan personal kepada PSI jelang kongres, tanpa perlu menyatakannya secara eksplisit.

  2. Penguatan Posisi PSI di Mata Publik:
    Dalam kondisi PSI yang masih berjuang memperkuat elektabilitas pasca pemilu, visual ini memperkuat citra bahwa mereka bukan partai ‘pinggiran’. Mereka ‘diakui’ langsung oleh kepala negara.

  3. Simbolisasi Politik Keluarga:
    Mengingat putra bungsu Jokowi adalah Ketua Umum PSI, gestur ini bisa dibaca sebagai dukungan terhadap pilihan politik keluarga. Netralitas tentu jadi isu, tapi di politik Indonesia, batas formal dan emosional kadang memang kabur.

  4. Strategi Soft Campaign:
    Alih-alih tampil terlalu frontal mendukung partai tertentu, Jokowi bisa memanfaatkan simbol semacam ini untuk “menggoda” opini publik tanpa melanggar batas etika jabatan.

Anekdot menarik:
Seorang pemilik distro di Jogja mengaku bahwa sejak foto Jokowi dengan Jokowi Pamer Jaket PSI itu viral, banyak pelanggan yang bertanya apakah mereka menjual jaket serupa. Ini memperlihatkan bagaimana kekuatan simbol bisa masuk ke ranah pop culture.

Menjelang Kongres PSI—Apa yang Sedang Dipersiapkan?

Kongres PSI kali ini diperkirakan akan menjadi titik balik. Setelah melewati masa-masa adaptasi pasca pemilu dan penyusunan ulang struktur internal, partai ini tampaknya siap naik kelas—dari partai pendukung menjadi partai pemain utama.

Beberapa hal yang jadi sorotan menjelang kongres:

  • Pemetaan Strategi 2029:
    Meskipun 2024 baru saja berlalu, PSI tampaknya mulai menyiapkan pondasi jangka panjang untuk 2029. Termasuk soal penguatan basis pemilih di daerah-daerah urban, serta digitalisasi struktur kampanye.

  • Isu Regenerasi dan Figur Populer:
    Masuknya Kaesang memang membawa semangat baru. Tapi publik ingin tahu: apakah PSI hanya akan mengandalkan figur? Atau ada program konkret untuk memperluas basis ideologis?

  • Hubungan PSI dan Pemerintah Baru:
    Dengan Prabowo-Gibran sebagai pasangan terpilih, posisi PSI berada di persimpangan. Mereka mendukung Gibran, tapi juga ingin tetap independen sebagai watchdog politik.

  • Narasi Baru PSI:
    Sejumlah tokoh internal menyebut bahwa kongres kali ini akan mengusung “PSI Baru: Muda, Merdeka, dan Masa Depan.” Slogan ini cukup kuat, tapi implementasinya perlu ditunggu.

Pengamatan lapangan:
Di sejumlah kota besar, baliho dan spanduk PSI mulai bermunculan kembali. Tak lagi hanya menampilkan wajah tokoh, tapi juga isu-isu konkret seperti hak perempuan, pendidikan digital, dan UMKM.

Jika digabungkan dengan momentum simbolik dari Jokowi, maka kongres PSI kali ini bisa menjadi batu loncatan politik yang penting, bukan hanya untuk partainya, tapi juga untuk konfigurasi politik nasional lima tahun ke depan.

Respon Publik dan Partai Lain—Gestur Kecil, Efek Domino?

Tak butuh waktu lama untuk jagat maya dan arena politik nasional bereaksi. Sejumlah partai menyikapi dengan diam-diam, tapi analisis politik sudah ramai dibicarakan di berbagai kanal berita dan media sosial.

Bagaimana responnya?

  • PDIP:
    Sejauh ini belum ada komentar resmi dari PDIP terkait Jokowi Pamer Jaket PSI ini. Tapi analis politik menyebut, ada kegamangan tersendiri, mengingat selama ini Jokowi identik dengan PDIP. Apakah gestur ini awal dari pergeseran simbolik?

  • Partai Koalisi Prabowo-Gibran:
    PSI adalah partai yang mendukung Gibran. Jadi, gestur Jokowi bisa dibaca sebagai sinyal persatuan, bukan oposisi. Tapi bisa juga menjadi penegas bahwa keluarga Jokowi masih punya garis independensi.

  • Publik & Netizen:
    Seperti biasa, media sosial menjadi arena interpretasi bebas. Ada yang melihat ini sebagai strategi halus Jokowi menjaga pengaruh politiknya setelah lengser. Ada pula yang menyindir, “Jaketan doang, tapi viralnya kayak pidato kenegaraan.”

  • Media Nasional:
    Mayoritas media arus utama mengangkat isu ini dari sisi simbolisme. Mereka menyebut gestur Jokowi ini sebagai ‘buzzer booster’—yakni cara halus menaikkan pamor PSI di tengah stagnansi elektoralnya.

Prediksi ke depan:
Jaket ini bisa jadi titik awal dari kampanye naratif yang lebih besar. Bisa jadi, dalam beberapa bulan ke depan, kita akan melihat PSI tampil lebih menonjol, baik lewat program, tokoh, maupun aliansi-aliansi baru.

Penutup:

Satu jaket. Satu gestur. Tapi efeknya bisa menjalar ke banyak arah. Di dunia politik yang makin visual dan cepat, simbol menjadi alat komunikasi yang sangat efektif. Jokowi, dengan caranya yang khas, mungkin saja sedang memberi sinyal—bukan hanya kepada PSI, tapi kepada semua pihak yang mencoba membaca arah politik pasca 2024.

Apakah ini bentuk dukungan? Atau sekadar gestur simbolis? Yang jelas, dunia politik Indonesia belum selesai membaca maksud di balik jaket itu.

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Lokal

Baca Juga Artikel dari: Dahlan Iskan Jadi Tersangka Dugaan Pemalsuan dan Penggelapan

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved