October 8, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

HUT Kota Jogja: 10.000 Orang Setor Sampah di Bank Sampah

HUT Kota Jogja Tag HUT Kota Yogyakarta 2025 - INCA BERITA

Jakarta, incaberita.co.id – Biasanya, saat mendengar kata HUT Kota Jogja, bayangan yang muncul adalah kirab budaya, pesta rakyat, hingga panggung hiburan di Alun-Alun Utara. Namun tahun ini ada hal berbeda. Alih-alih hanya disemarakkan dengan pesta, ribuan warga Jogja ikut serta dalam sebuah gerakan kolektif: 10.000 orang serentak menyetor sampah ke bank sampah.

Sebuah langkah yang terdengar sederhana, namun punya gema besar. Aksi ini bukan hanya perayaan simbolis, tetapi juga pengingat bahwa merayakan ulang tahun kota tidak harus selalu dengan kembang api atau konser. Ada cara lain yang jauh lebih bermakna: membersihkan Jogja dari sampah, menjadikannya kota budaya sekaligus kota berkelanjutan.

Seorang ibu rumah tangga di kampung Prawirodirjan bahkan sempat berkata pada wartawan lokal, “Biasanya kalau HUT kota saya hanya menonton kirab. Tahun ini, saya bisa ikut berpartisipasi dengan hal sederhana, yaitu menyetor botol plastik yang sudah saya kumpulkan berbulan-bulan.” Kisah itu menggambarkan semangat warga yang tak hanya jadi penonton, tapi juga pelaku perubahan.

Jogja dan Tradisi Perayaan Hari Jadi

HUT Kota Jogja

Image Source: Kota Jogja

Sejarah Singkat HUT Kota Jogja

Kota Yogyakarta berdiri sejak 7 Oktober 1756, ditandai dengan pembangunan Keraton Yogyakarta Hadiningrat oleh Sultan Hamengkubuwono I. Sejak itu, tanggal 7 Oktober selalu diperingati sebagai hari lahir Kota Jogja.

Setiap tahunnya, HUT Kota Jogja dirayakan dengan berbagai kegiatan budaya: kirab, pentas seni, pameran UMKM, hingga pasar malam di kawasan Malioboro. Warga Jogja percaya, perayaan ini adalah bentuk syukur sekaligus penghormatan terhadap sejarah panjang kota yang dikenal sebagai pusat budaya dan pendidikan.

Namun, seiring dengan berkembangnya isu lingkungan dan gaya hidup berkelanjutan, HUT Jogja kini tak hanya menonjolkan budaya, tapi juga menyisipkan pesan ekologi. Inilah yang membuat tahun ini berbeda: budaya berpadu dengan aksi peduli bumi.

Dari Panggung Hiburan ke Panggung Kesadaran

Pernah satu kali, seorang mahasiswa UGM menuliskan di blog pribadinya, “HUT Kota Jogja tidak hanya tentang nostalgia sejarah, tapi juga refleksi masa depan. Bagaimana kota ini akan bertahan menghadapi tantangan modern?” Kalimat itu terasa relevan dengan perayaan kali ini, ketika warga Jogja mengubah ulang tahun kota menjadi momentum untuk bicara soal sampah.

10.000 Orang Setor Sampah – Aksi yang Mengguncang Kesadaran

Bagaimana Aksi Ini Terjadi?

Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan ratusan bank sampah di seluruh wilayah kota. Konsepnya sederhana: setiap warga diajak membawa sampah yang sudah dipilah – botol plastik, kardus, minyak jelantah, hingga sampah elektronik – lalu menyetorkannya ke bank sampah terdekat.

Hasilnya mencengangkan. Sekitar 10.000 orang berpartisipasi serentak, menjadikan aksi ini salah satu yang terbesar di Indonesia. Bayangkan betapa banyak ton sampah yang berhasil dialihkan dari TPA hanya dalam satu hari.

Partisipasi Warga dari Berbagai Kalangan

Yang ikut serta bukan hanya ibu rumah tangga atau aktivis lingkungan. Dari pelajar SD, mahasiswa, hingga komunitas sepeda turut ambil bagian. Bahkan ada cerita unik: sekelompok seniman jalanan di Malioboro ikut serta dengan mengumpulkan sampah plastik dari pengunjung, lalu mereka setor bersama-sama sambil diiringi musik gamelan.

“Jogja itu kota budaya. Kalau budaya bersih tidak ditanamkan, kita bisa kehilangan jati diri. Jadi ini bukan sekadar setor sampah, tapi bentuk cinta pada kota,” ujar salah seorang seniman itu.

Filosofi di Balik Aksi Bank Sampah

Sampah Sebagai Simbol

Bagi sebagian orang, sampah hanyalah sesuatu yang dibuang. Namun di Jogja, ada filosofi yang lebih dalam: sampah bisa bernilai, tergantung cara manusia memperlakukannya. Bank sampah adalah wujud konkret dari konsep itu.

Dengan adanya bank sampah, plastik bisa ditukar dengan uang, minyak jelantah bisa dijual untuk diolah menjadi biodiesel, dan kardus bekas bisa bernilai bagi daur ulang. Semua ini bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang menanamkan kesadaran bahwa sampah punya siklus hidup.

Perayaan yang Lebih Bermakna

Jika dulu HUT Jogja hanya diidentikkan dengan karnaval, maka tahun ini pesan yang tersampaikan lebih kuat: cinta kota berarti juga menjaga kebersihan dan lingkungan. Bagi warga, ini adalah bentuk syukur modern – syukur yang diwujudkan dalam aksi nyata, bukan sekadar seremonial.

Dampak Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Dampak Sosial

Aksi ini mengajarkan gotong royong modern. Warga dari berbagai kalangan bersatu, bukan untuk demo atau protes, tetapi untuk aksi positif. Ada kebersamaan yang muncul, mirip suasana kerja bakti zaman dulu, tapi dalam format baru yang lebih relevan dengan zaman.

Dampak Ekonomi

Bank sampah memberikan insentif ekonomi. Sampah plastik yang terkumpul bisa dijual ke pengepul. Bahkan beberapa UMKM di Jogja sudah mulai mengolah sampah plastik menjadi kerajinan tangan. Dengan kata lain, sampah tidak lagi jadi masalah, tetapi peluang.

Dampak Lingkungan

Dalam sehari, ribuan kilogram sampah berhasil dipilah. Bayangkan jika tradisi ini berlanjut setiap tahun, berapa banyak sampah yang bisa diselamatkan dari TPA Piyungan yang kini sering overload.

Seorang aktivis lingkungan muda berkata, “Kalau semua kota meniru Jogja, kita tidak perlu lagi mengeluh tentang darurat sampah.”

Jogja Sebagai Role Model Nasional

Inspirasi untuk Kota Lain

Apa yang dilakukan Jogja bisa jadi inspirasi. HUT kota bukan hanya ajang seremonial, tapi juga kesempatan mengajak warga untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Bandung, Surabaya, bahkan Jakarta bisa meniru konsep serupa, menambahkan kegiatan berkelanjutan dalam perayaan hari jadinya.

Menyatukan Budaya dan Lingkungan

Jogja selalu dikenal sebagai kota budaya. Namun kini, ia juga bisa dikenal sebagai kota hijau yang peduli lingkungan. Perpaduan budaya dan ekologi ini memberi identitas baru yang lebih kuat: kota yang bukan hanya indah dalam seni, tapi juga bersih dalam lingkungan.

Tantangan dan Harapan

Tantangan

Tidak mudah menjaga konsistensi. Setelah euforia HUT berlalu, akankah warga tetap rajin menyetor sampah ke bank sampah? Inilah tantangan terbesar. Sebab kesadaran harus berlanjut, tidak hanya sekali dalam setahun.

Harapan

Banyak pihak berharap aksi ini tidak berhenti di perayaan, tetapi menjadi kebiasaan. Bahkan ada ide agar setiap HUT Kota Jogja selalu diwarnai dengan kegiatan lingkungan, sehingga masyarakat punya identitas baru: merayakan dengan aksi nyata.

“Kalau HUT Jogja bisa jadi momentum melawan sampah, berarti kita benar-benar sedang merayakan kehidupan,” ucap seorang dosen antropologi UIN Sunan Kalijaga yang ikut meneliti gerakan ini.

Penutup: HUT Jogja, Lebih dari Sekadar Pesta

HUT Kota Jogja tahun ini membuktikan sesuatu yang sederhana: ulang tahun kota tidak harus melulu pesta. Dengan menggerakkan 10.000 orang setor sampah ke bank sampah, Jogja menunjukkan bahwa budaya cinta lingkungan bisa berjalan beriringan dengan budaya seni dan tradisi.

Inilah Jogja. Kota yang selalu punya cara untuk merayakan hari lahirnya dengan penuh makna. Dari gamelan hingga daur ulang, dari kirab hingga kerja bakti modern, semuanya berpadu dalam satu identitas: Jogja Istimewa.

Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Lokal

Baca Juga Artikel Dari: Tidak Ada Lagi Kementerian BUMN: Kelola Perusahaan Negara

Author

Copyright @ 2025 Incaberita. All right reserved