May 10, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Bill Gates Tiba di Indonesia! Misi Rahasia Bos Microsoft Kali Ini

Bill Gates ke Indonesia

Pada 7 Mei 2025, Bill Gates, pendiri Microsoft dan filantropis terkemuka, mengunjungi Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto. Kunjungan ini bertujuan untuk mendiskusikan berbagai isu, termasuk kesehatan global, nutrisi, inklusi keuangan, dan infrastruktur digital publik. Salah satu fokus utama adalah dukungan Gates terhadap Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan oleh pemerintah Indonesia.

Latar Belakang Program MBG

Program MBG adalah inisiatif pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk menyediakan makanan bergizi gratis kepada hampir 90 juta anak-anak dan ibu hamil. Program ini dirancang untuk mengatasi masalah malnutrisi yang masih menjadi tantangan di Indonesia, di mana satu dari dua belas anak di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan berat badan, dan satu dari lima anak mengalami pertumbuhan terhambat.

Pertemuan Bill Gates dan Presiden Prabowo

Bill Gates Tiba di Indonesia

Sumber gambar: USS Feed

Dalam pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Gates dan Prabowo membahas berbagai topik terkait pembangunan berkelanjutan. Gates menyatakan dukungannya terhadap program MBG dan berencana mengunjungi sekolah dasar di Jakarta Timur yang menjadi bagian dari program tersebut.

Dukungan Bill Gates Foundation terhadap MBG

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah berdiskusi dengan Gates Foundation mengenai program MBG. Christopher Elias, President of Global Development Gates Foundation, menyatakan dukungannya terhadap program ini, mengingat keberhasilan program serupa di negara lain.

Tanggapan dan Kontroversi Bill Gates dan Program MBG

Meskipun mendapatkan dukungan internasional, program MBG menghadapi kritik di dalam negeri. Beberapa pihak mempertanyakan kelayakan logistik dan beban ekonomi dari program ini. Selain itu, terdapat laporan tentang dugaan penyelewengan dana oleh Yayasan Media Berkat Nusantara, yang terlibat dalam pelaksanaan program MBG di Jakarta Selatan.

Kasus Keracunan Massal

Program MBG juga menghadapi tantangan serius dengan terjadinya kasus keracunan massal di beberapa sekolah. Media internasional seperti BBC melaporkan bahwa hampir 80 siswa di Cianjur jatuh sakit setelah mengonsumsi makanan dari program MBG, menimbulkan pertanyaan tentang standar keamanan pangan dalam program ini.

Upaya Pemerintah dan Dukungan Internasional

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melanjutkan program MBG, dengan target mencakup 100% penerima pada akhir 2025. Dukungan dari Gates Foundation dan komunitas internasional diharapkan dapat membantu mengatasi tantangan yang dihadapi program ini dan memastikan keberhasilannya dalam jangka panjang.

Masa Kecil Bill Gates dan Awal Ketertarikan pada Teknologi

Bill Gates lahir pada 28 Oktober 1955 di Seattle, Washington. Ibunya seorang anggota dewan di First Interstate Bank, dan ayahnya pengacara ternama. Bisa dibilang, dia datang dari keluarga kelas menengah atas yang menghargai pendidikan. Tapi sejak kecil, Gates udah nunjukin kecenderungan unik: dia nggak suka aturan.

Satu kisah yang bikin saya senyum-senyum sendiri adalah waktu dia sekolah di Lakeside School. Sekolah ini kebetulan punya komputer terminal—barang langka banget tahun 1968. Di sanalah Gates bertemu dengan Paul Allen. Mereka berdua mulai ngulik coding, bukan buat bikin software serius, tapi… untuk curang di kelas. Serius. Mereka pernah bikin program lokal untuk menjadwal siswa, dan Gates masukin namanya bareng cewek-cewek cantik di kelas. Cerdas sih, meskipun agak nakal.

Dari sini, keliatan banget bahwa kecerdasan dan rasa ingin tahu Gates jadi kombinasi maut. Dan itu adalah pelajaran awal yang saya catat: kadang kejeniusan lahir bukan dari sistem, tapi dari keinginan besar untuk “mengutak-atik”.

Bill Gates sebagai CEO dan Keputusan Mundur

Saya cukup terkesan ketika tahu bahwa Gates mundur dari jabatan CEO pada tahun 2000 dan digantikan oleh Steve Ballmer. Saat itu, banyak yang heran. Tapi ternyata, Gates mau fokus ke bidang lain yang ia rasa lebih penting: filantropi dan isu global.

Saya pikir di sinilah babak kedua hidupnya dimulai. Dari sosok yang dikenal karena dominasi bisnis, dia pelan-pelan berubah jadi penyelamat dunia kesehatan dan pendidikan, bareng istrinya saat itu, Melinda Gates.

Bill & Melinda Gates Foundation: Mimpi Besar Menolong Dunia

Didirikan tahun 2000, Bill & Melinda Gates Foundation adalah salah satu yayasan amal terbesar di dunia. Fokus utamanya meliputi:

  • Mengentaskan kemiskinan ekstrem

  • Memperluas akses pendidikan

  • Meningkatkan layanan kesehatan di negara berkembang

  • Mengembangkan teknologi untuk masyarakat miskin

  • Mendukung inovasi pertanian dan vaksinasi

Yang bikin saya angkat topi: Gates nggak cuma bagi-bagi uang. Dia mengundang ilmuwan, pakar teknologi, dan praktisi lapangan untuk menciptakan solusi jangka panjang. Misalnya, mereka bantu pengembangan vaksin malaria, memperluas distribusi toilet sanitasi, dan bahkan mendukung pertanian berkelanjutan di Afrika.

Buat saya pribadi, ini pelajaran besar: pengaruh itu bukan cuma soal uang, tapi soal bagaimana kita menggunakannya.

Kehidupan Pribadi: Perceraian dan Tetap Bersahabat

Tahun 2021, dunia sempat heboh karena Bill dan Melinda Gates mengumumkan perceraian setelah 27 tahun menikah. Banyak spekulasi beredar, dari masalah pribadi sampai soal keputusan dalam yayasan.

Tapi yang saya kagumi, mereka tetap menjalankan yayasan bareng. Menurut saya, itu butuh kedewasaan dan visi yang besar. Mereka bilang, “Kami tetap partner dalam misi kami.” Jarang banget bisa lihat perceraian seprofesional itu.

Kadang saya pikir, ya manusia tetap manusia. Bahkan yang sekeren Bill Gates pun punya luka pribadi. Tapi yang membedakan adalah bagaimana kita tetap bisa memberi meski hati sedang rapuh.

Aktivisme Global: Dari Vaksinasi Hingga Perubahan Iklim

Selain soal kesehatan, Gates juga vokal banget soal perubahan iklim. Bukunya “How to Avoid a Climate Disaster” jadi salah satu bahan bacaan saya beberapa bulan lalu. Di dalamnya, dia nggak sekadar bilang “kita harus hijau”. Dia bikin roadmap: bagaimana teknologi bisa bantu menurunkan emisi karbon tanpa mengorbankan ekonomi.

Gates juga investasi besar-besaran di energi terbarukan, mulai dari tenaga surya sampai proyek-proyek teknologi hijau. Bahkan dia sempat bikin prediksi soal pandemi jauh sebelum COVID-19 datang—dan sayangnya, banyak yang nggak menganggap serius.

Suka atau nggak, Gates telah berubah dari pengusaha ke advokat masa depan umat manusia.

Kritik dan Teori Konspirasi

Tentu aja, nggak semua orang suka Bill Gates. Ada yang bilang dia terlalu berkuasa. Ada yang percaya teori konspirasi soal chip vaksin. Dan ada pula yang curiga pada model donasi globalnya, yang seolah “mengendalikan” arah riset dan kebijakan negara-negara berkembang.

Saya pribadi selalu skeptis sama teori konspirasi, tapi paham kenapa ada ketakutan seperti itu. Bila seseorang begitu kaya dan berpengaruh, wajar jika masyarakat khawatir soal kontrol.

Namun menurut saya, sejauh ini bukti-bukti kontribusinya lebih banyak daripada dampak negatifnya. Dan saya lebih suka menilai seseorang dari apa yang dia lakukan, bukan dari ketakutan imajiner.

Kesimpulan

Kunjungan Bill Gates ke Indonesia menyoroti pentingnya kolaborasi internasional dalam mengatasi masalah kesehatan dan nutrisi. Meskipun program MBG menghadapi berbagai tantangan, dukungan dari Gates Foundation dan komunitas global memberikan harapan untuk perbaikan dan keberlanjutan program ini demi masa depan generasi Indonesia.

Baca juga artikel berikut: Penjara Alcatraz Dibuka Lagi? Antara Ambisi dan Realitas Sejarah

Author