Longsor di Cilacap Menelan Banyak Korban, Pencarian Segera di Lakukan!
JAKARTA, incaberita.co.id — Peristiwa longsor di Cilacap yang terjadi di Desa Cibeunying, Kecamatan Majenang, kembali menelan korban jiwa. Tim SAR gabungan terus melakukan pencarian intensif sejak kejadian berlangsung. Hingga Senin pagi, sebanyak 16 korban telah ditemukan dalam kondisi meninggal dunia. Lokasi yang terdampak berada di Dusun Cibuyut, salah satu zona paling parah akibat material tanah dan batuan yang menimbun permukiman warga.
Kepala Kantor SAR Cilacap, M Abdullah, menyatakan bahwa pencarian dilakukan sejak subuh. Berdasarkan laporan lapangan, tiga korban terbaru ditemukan dalam rentang waktu kurang dari satu jam. Kondisi hujan yang beberapa kali turun juga memperlambat proses evakuasi. Meski begitu, tim SAR tetap berusaha maksimal karena masih ada warga yang belum ditemukan.
Proses Evakuasi Korban Longsor di Cilacap yang Semakin Intensif
Upaya pencarian korban dalam tragedi longsor di Cilacap dilakukan menggunakan sistem worksite yang telah dibagi ke beberapa titik. Salah satu titik yang disebut sebagai Worksite A-2 menjadi lokasi ditemukannya tiga korban terakhir. Mereka adalah Nilna Nur Fauziah (9), Wafik Nur Aini Zahra (15), dan Cahyanto (57).
Abdullah menjelaskan bahwa kondisi medan yang labil membuat petugas berhati-hati dalam menggali timbunan tanah. Material longsor berupa lumpur pekat dan bebatuan besar menyulitkan alat berat untuk masuk. Petugas juga harus memeriksa setiap lapisan timbunan demi memastikan tidak ada korban yang terlewat.
Di tengah situasi sulit ini, warga sekitar turut membantu tim SAR dengan memberikan informasi mengenai lokasi rumah dan aktivitas terakhir para korban, sehingga proses pencarian bisa lebih terarah.
Penemuan Sepeda Motor dan Dugaan Korban Lainnya Masih Tertimbun
Selain menemukan korban jiwa, tim SAR juga menemukan dua sepeda motor yang tertimbun material longsor. Sepeda motor tersebut diketahui milik salah satu warga bernama Lilis. Namun, jasad pemiliknya belum ditemukan hingga laporan terakhir dibuat. Dugaan kuat menyebutkan bahwa korban masih tertimbun di area yang sama.
Pihak keluarga yang menunggu di posko pengungsian berharap pencarian dapat segera menemukan seluruh korban. Rasa cemas semakin memuncak seiring berjalannya waktu, apalagi cuaca di wilayah Cilacap beberapa hari terakhir kerap berubah drastis.
Update Korban Longsor di Cilacap hingga Hari Ini
Hingga pukul 11.00 WIB, total korban meninggal akibat longsor di Cilacap telah mencapai 16 orang. Jumlah ini diprediksi bisa bertambah, mengingat masih ada tujuh orang yang dilaporkan hilang dan belum ditemukan.

Sumber Gambar : Liputan6
Data korban yang terus bertambah membuat suasana duka menyelimuti wilayah Desa Cibeunying. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarga dalam peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba tanpa sempat menyelamatkan diri. Rumah-rumah warga di lereng bukit rata dengan tanah akibat kekuatan longsor.
BPBD Cilacap juga telah memberi peringatan agar warga sekitar menjauhi area rawan pergerakan tanah untuk sementara waktu.
Tantangan Medan dan Cuaca Menghambat Proses Pencarian
Medan pencarian menjadi tantangan terbesar bagi tim SAR dalam menangani longsor di Cilacap. Lokasi longsor berada di kawasan perbukitan dengan akses yang sulit dijangkau. Jalanan licin, curam, dan beberapa titik bahkan tidak bisa dilalui kendaraan besar.
Cuaca juga menjadi faktor penghambat utama. Hujan deras yang mengguyur sejak beberapa hari sebelumnya membuat tanah semakin labil. Karena itu, tim SAR harus menghentikan pencarian sewaktu-waktu jika kondisi dinilai membahayakan petugas.
“Kami sangat berhati-hati karena kondisi tanah mudah kembali longsor. Keselamatan anggota di lapangan menjadi prioritas,” kata Abdullah.
Peran Relawan dan Koordinasi di Lokasi Longsor di Cilacap
Selain tim SAR resmi, ratusan relawan dari berbagai komunitas kemanusiaan ikut terlibat dalam penanganan longsor di Cilacap. Kehadiran mereka sangat membantu proses evakuasi, terutama dalam penggalian manual pada lokasi-lokasi yang tidak bisa dijangkau alat berat. Relawan juga membantu distribusi logistik, pendataan warga terdampak, hingga memberikan layanan dapur umum untuk para pengungsi.
Koordinasi antara BPBD, Basarnas, TNI, Polri, dan pemerintah desa juga berjalan intens. Setiap instansi memiliki peran berbeda yang saling melengkapi. Misalnya, TNI membantu membuka akses jalan menggunakan alat berat, sedangkan BPBD memastikan jalur evakuasi tetap aman dari potensi longsor susulan.
“Kolaborasi ini sangat penting karena medan sangat berat dan jumlah korban cukup banyak. Tanpa kerja sama antarinstansi, proses pencarian bisa jauh lebih lambat,” ujar seorang komandan lapangan.
Peringatan Dini dan Teknologi untuk Mitigasi Bencana
Peristiwa longsor di Cilacap kembali menegaskan pentingnya sistem peringatan dini berbasis teknologi. Di wilayah perbukitan, sensor pergerakan tanah, early warning system berbasis satelit, hingga pemantauan curah hujan dapat menjadi alat penting untuk mencegah korban jiwa.
Para ahli geologi menilai bahwa beberapa titik di Majenang seharusnya menjadi prioritas pemasangan sensor tanah karena struktur geografisnya yang rawan bergeser saat intensitas hujan tinggi. Teknologi sederhana seperti sirine tanah longsor juga disarankan untuk dipasang di desa-desa rawan.
Selain itu, edukasi masyarakat mengenai tanda-tanda pergerakan tanah seperti munculnya retakan baru, suara gemuruh kecil, atau perubahan aliran air juga sangat penting. Penguatan literasi bencana dapat mengurangi risiko secara signifikan.
Dampak Jangka Panjang Longsor terhadap Kehidupan Warga
Dampak longsor di Cilacap tidak hanya dirasakan dalam jangka pendek. Banyak warga kehilangan tempat tinggal, lahan usaha, dan sumber penghasilan. Sawah yang tertimbun lumpur tidak dapat ditanam kembali dalam waktu dekat. Sementara itu, jalan desa yang rusak membuat akses pendidikan dan ekonomi warga menjadi terganggu.
Warga berharap pemerintah segera melakukan pemulihan infrastruktur, termasuk membangun kembali jembatan dan jalan rusak, serta merelokasi rumah yang berada di zona merah. Program bantuan pemulihan ekonomi seperti pendampingan usaha kecil dan bantuan tunai juga sangat dibutuhkan agar kehidupan warga bisa segera kembali normal.
Tragedi longsor ini menjadi pelajaran bahwa penanganan bencana tidak berhenti pada evakuasi, tetapi harus berlanjut hingga pemulihan dan rekonstruksi yang memadai.
Baca juga konten dengan artikel terkait yang membahas tentang lokal
Baca juga artikel menarik lainnya mengenai Operasi Zebra 2025—Kakorlantas Fokus Penertiban Sebelum Natal
