Target 30% Pengguna Transportasi: Pemprov DKI Paparkan Langkah Nyata
JAKARTA, incaberita.co.id – Langit Jakarta semakin ramai dengan deru kendaraan pribadi. Di tengah hiruk-pikuk itu, Pemprov DKI menegaskan komitmen menuju target 30% pengguna transportasi umum dalam beberapa tahun ke depan. Target ini bukan sekadar angka, melainkan arah baru dalam membangun mobilitas kota yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Bayangkan suasana jam sibuk pagi di ibu kota: deretan bus Transjakarta berjalan rapat dengan jadwal presisi, MRT meluncur tanpa henti, dan jalur pejalan kaki dipenuhi warga yang kini percaya diri meninggalkan kendaraan pribadi. Gambaran ini menjadi simbol dari misi besar yang sedang diupayakan lewat kebijakan bertajuk Jakarta Ramah Transportasi Publik.
Dalam pernyataannya, Dinas Perhubungan DKI menegaskan bahwa strategi pencapaian target 30% pengguna transportasi umum telah disusun menyeluruh. Tidak hanya soal penambahan armada, tapi juga pembenahan cara berpikir masyarakat terhadap mobilitas perkotaan yang lebih cerdas.
Strategi Integrasi Moda untuk Wujudkan Target 30% Pengguna Transportasi

Sumber gambar : liputan6.com
Salah satu kunci utama mencapai target 30% pengguna transportasi umum adalah memperkuat integrasi antar moda. Pemerintah tengah mengembangkan sistem “one tap, one journey”—konsep di mana warga cukup sekali transaksi untuk berpindah antara MRT, LRT, dan Transjakarta.
Transjakarta kini memperluas jaringannya hingga ke wilayah penyangga seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok. Sementara itu, MRT dan LRT difokuskan pada jalur strategis menuju kawasan bisnis dan hunian baru di Jakarta Timur serta Selatan.
Langkah ini bukan sekadar menambah rute, tetapi menciptakan rangkaian perjalanan yang seamless bagi pengguna. Integrasi tarif juga akan diterapkan agar ongkos perjalanan tetap terjangkau, memperkuat keinginan masyarakat beralih ke transportasi umum.
Menurut catatan Dishub DKI, baru sekitar 19 persen perjalanan harian di Jakarta yang menggunakan angkutan umum. Karena itu, upaya menembus target 30% pengguna transportasi membutuhkan sinergi lintas sektor, terutama dalam memperkuat akses first mile dan last mile—bagian perjalanan terpenting dalam pengalaman pengguna.
Meningkatkan Kualitas dan Keandalan Layanan Publik
Hasil riset dari komunitas transportasi urban menunjukkan bahwa warga akan beralih moda jika layanan publik konsisten, bersih, dan tepat waktu. Fakta ini menjadi dasar bagi Dinas Perhubungan untuk memperkuat kualitas armada, jadwal, serta kenyamanan halte dan stasiun.
Program elektrifikasi bus Transjakarta menjadi langkah nyata menuju transportasi rendah emisi. Selain memperkuat kapasitas armada, bus listrik menekan polusi udara dan biaya operasional jangka panjang. Langkah ini juga mendukung agenda besar menuju Jakarta bebas emisi 2050.
Untuk memastikan target 30% pengguna transportasi umum berjalan efektif, Pemprov DKI membangun sistem pengawasan berbasis data real-time. Setiap koridor dipantau melalui sensor, GPS, dan laporan digital untuk mengukur ketepatan waktu, kepadatan, serta kepuasan pengguna.
Semakin andal transportasi publik, semakin besar peluang masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya.
Kebijakan Pengendalian Kendaraan Pribadi Mendukung Target 30% Pengguna Transportasi
Pemprov DKI menyadari bahwa mencapai target 30% pengguna transportasi umum tidak bisa hanya mengandalkan peningkatan layanan. Diperlukan kebijakan “push and pull”—menarik pengguna ke angkutan umum sekaligus membatasi kenyamanan kendaraan pribadi.
Salah satu kebijakan yang paling ditunggu adalah Electronic Road Pricing (ERP) atau tarif jalan berbayar. Skema ini mendorong pengendara untuk mempertimbangkan efisiensi biaya dan waktu dengan berpindah ke transportasi umum.
Selain ERP, pemerintah juga memperketat tarif parkir progresif di kawasan pusat bisnis serta menertibkan parkir liar. Upaya ini dikombinasikan dengan pengawasan emisi kendaraan pribadi untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih.
Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan keseimbangan antara kebebasan mobilitas dan tanggung jawab lingkungan.
Infrastruktur Pejalan Kaki dan Sepeda Diperkuat untuk Dukung Target 30% Pengguna Transportasi
Kota yang ramah transportasi publik tidak hanya diukur dari panjang jalur MRT atau jumlah bus, tapi juga dari seberapa nyaman warga berjalan kaki. Pemprov DKI kini serius membangun konektivitas trotoar dan jalur sepeda yang aman serta menyatu dengan halte dan stasiun.
Targetnya jelas: jarak berjalan kaki ke transportasi umum maksimal 500 meter. Kawasan Sudirman–Thamrin dan Kuningan menjadi contoh nyata di mana jalur pejalan kaki, sepeda, dan transportasi massal bisa bersinergi.
Contoh kecil datang dari Reza, pekerja muda yang kini rutin menggunakan MRT dari Tebet ke Blok M. “Dulu macet bikin stres. Sekarang saya jalan sebentar ke stasiun, dan sampai kantor lebih cepat,” tuturnya sambil tersenyum. Cerita sederhana seperti ini menunjukkan dampak nyata program target 30% pengguna transportasi umum di kehidupan warga.
Evaluasi dan Partisipasi Publik dalam Pencapaian Target 30% Pengguna Transportasi
Pemprov DKI memahami bahwa keberhasilan target 30% pengguna transportasi tidak hanya bergantung pada kebijakan, tetapi juga partisipasi publik. Karena itu, Dishub DKI menggandeng komunitas, akademisi, hingga perusahaan swasta untuk memperkuat literasi mobilitas berkelanjutan.
Setiap tahun, pemerintah akan merilis laporan “Jakarta Mobility Report” berisi data capaian pangsa moda, waktu tempuh rata-rata, dan kepuasan pengguna. Transparansi data ini diharapkan menumbuhkan kepercayaan publik bahwa kebijakan transportasi benar-benar berdampak.
Pendekatan berbasis data ini juga memungkinkan perbaikan berkelanjutan. Misalnya, rute yang kurang diminati dapat segera disesuaikan, atau kawasan dengan akses terbatas akan diprioritaskan untuk pembangunan trotoar baru. Semua langkah ini diarahkan agar Jakarta benar-benar mencapai target 30% pengguna transportasi umum secara terukur.
Menuju Jakarta Efisien dan Ramah Lingkungan
Transformasi transportasi publik Jakarta sejatinya bukan proyek teknis semata, melainkan gerakan sosial menuju kota yang lebih sehat. Setiap armada baru, setiap halte yang diperbaiki, dan setiap langkah kaki warga menuju stasiun adalah kontribusi kecil untuk masa depan.
Jika target 30% pengguna transportasi umum berhasil tercapai, dampaknya akan signifikan: kemacetan berkurang, polusi udara menurun, dan produktivitas meningkat. Kota yang efisien akan lebih menarik bagi investasi, pariwisata, dan kehidupan warganya.
Seperti diungkap salah satu pengamat transportasi, kesuksesan mobilitas publik tak diukur dari panjang rel atau jumlah bus, tapi dari berapa banyak warga yang dengan sadar meninggalkan mobil pribadinya. Jakarta kini sedang menuju titik itu—sebuah langkah penting untuk masa depan yang lebih hijau dan manusiawi.
Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Lokal
Baca juga artikel lainnya: Pemutihan Iuran BPJS Kesehatan: Tunggakan Dihapus, Verifikasi Ulang Jadi Syarat
