Upaya PBB Damaikan Israel-Palestina: Isi Deklarasi New York
Jakarta, incaberita.co.id – Konflik Israel-Palestina adalah salah satu isu geopolitik paling rumit di dunia modern. Sejak berdirinya negara Israel pada 1948, perebutan tanah, hak pengungsi, hingga kedaulatan Yerusalem menjadi sumber ketegangan yang terus berulang. Ribuan nyawa melayang, generasi demi generasi tumbuh dalam ketakutan, dan dunia internasional berkali-kali gagal menghadirkan perdamaian abadi.
Di tengah situasi itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berupaya mengambil peran lebih aktif. Tahun 2023 menjadi momen penting ketika Isi Deklarasi New York diumumkan, sebuah dokumen yang dirancang untuk memperkuat komitmen global dalam mendorong solusi damai Israel-Palestina.
Seorang diplomat Asia pernah berkata, “Setiap kali dunia lelah dengan konflik, PBB mencoba menyalakan lilin kecil. Kadang lilin itu padam, tapi kita tetap menyalakannya lagi.” Kata-kata ini merangkum semangat di balik upaya PBB yang tidak pernah menyerah.
Isi Deklarasi New York – Titik-Titik Penting

Image Source: una-oic.org
Isi Deklarasi New York berfokus pada beberapa poin utama yang diyakini bisa menjadi landasan jalan menuju perdamaian:
-
Dua Negara, Satu Visi
PBB kembali menegaskan solusi dua negara—Israel dan Palestina berdampingan dengan batas wilayah yang diakui secara internasional. -
Perlindungan Sipil
Seruan agar kedua pihak menghentikan serangan terhadap warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, yang paling sering jadi korban perang. -
Yerusalem sebagai Kota Bersama
Meski sensitif, deklarasi ini menyebut Yerusalem harus tetap menjadi kota yang terbuka, dengan jaminan akses untuk semua agama. -
Hak Pengungsi Palestina
PBB menekankan pentingnya pengakuan hak pengungsi untuk kembali atau mendapatkan kompensasi yang layak. -
Peran Internasional
Deklarasi menyerukan negara-negara besar dan kawasan untuk memperkuat dukungan politik, finansial, dan kemanusiaan bagi Palestina.
Dalam dokumen itu, bahasa diplomatik digunakan hati-hati. Tidak ada kalimat yang terlalu keras kepada Israel, namun juga tidak mengabaikan penderitaan rakyat Palestina.
Respon Israel, Palestina, dan Dunia
Setiap inisiatif PBB pasti memicu reaksi beragam. Israel menilai deklarasi ini bias karena menyoroti isu pengungsi dan Yerusalem. Sementara Palestina menyambutnya sebagai dukungan moral, meski tetap skeptis soal implementasi nyata.
Negara-negara Barat terbelah. Amerika Serikat mendukung prinsip dua negara tapi mengingatkan agar pendekatan PBB realistis. Uni Eropa justru lebih tegas, menyebut deklarasi ini sebagai “momentum penting” yang tidak boleh dibiarkan berlalu begitu saja.
Dari sisi negara-negara berkembang, terutama di Timur Tengah dan Asia, isi deklarasi dianggap sebagai angin segar. Banyak yang menekankan bahwa keadilan bagi Palestina adalah kunci perdamaian abadi.
Di media sosial, tagar #NewYorkDeclaration sempat ramai. Banyak netizen menyebutnya sebagai “dokumen penuh harapan,” tapi ada juga yang sinis, menyebutnya sekadar “kertas tanpa gigi.”
Tantangan Implementasi di Lapangan
Menggagas deklarasi di ruang konferensi New York memang mudah, tapi mengimplementasikannya di Gaza, Tepi Barat, atau Yerusalem jauh lebih sulit.
Ada beberapa hambatan utama:
-
Politik Internal Israel: Pemerintahan Israel sering berganti koalisi dengan spektrum politik yang lebar. Tidak semua mau kompromi soal Palestina.
-
Faksi Palestina yang Terpecah: Perpecahan antara Hamas di Gaza dan Fatah di Tepi Barat membuat suara Palestina tidak tunggal.
-
Kekuatan Internasional: AS, Rusia, dan negara Arab sering punya agenda masing-masing yang tidak selalu selaras.
-
Realitas di Lapangan: Pembangunan permukiman Israel di Tepi Barat terus berlangsung, yang dianggap menggerus peluang solusi dua negara.
Seorang analis politik Timur Tengah menulis, “Deklarasi New York adalah peta jalan, tapi jalannya penuh ranjau.”
Dampak dan Harapan ke Depan
Meski penuh tantangan, isi Deklarasi New York tetap punya arti besar. Pertama, ia mengingatkan dunia bahwa isu Palestina tidak boleh dilupakan meski ada perang lain di Ukraina atau krisis lain di Afrika. Kedua, deklarasi ini memberikan legitimasi internasional bagi perjuangan rakyat Palestina.
Bagi masyarakat Israel yang juga menginginkan perdamaian, dokumen ini memberi ruang dialog baru. Beberapa aktivis perdamaian bahkan mengadakan diskusi lintas komunitas untuk membahas peluang nyata setelah deklarasi diumumkan.
Harapan terbesarnya, deklarasi ini bisa jadi fondasi awal untuk pembicaraan lebih konkret. Jika tidak, ia mungkin hanya akan menjadi arsip di rak PBB—seperti banyak resolusi lain sebelumnya.
Kesimpulan
Upaya PBB melalui Deklarasi New York adalah bagian dari perjalanan panjang mencari titik damai Israel-Palestina. Dokumen ini berisi harapan, kompromi, sekaligus tantangan besar.
Meski banyak yang skeptis, tidak bisa dipungkiri bahwa setiap langkah kecil tetap berarti. Dalam konflik yang sudah berlangsung lebih dari tujuh dekade, mungkin perdamaian tidak lahir dari satu deklarasi, tapi dari serangkaian upaya yang konsisten.
Seorang veteran diplomasi PBB pernah berkata, “Mencari damai di Timur Tengah adalah seperti mengisi wadah bocor. Tapi meski bocor, kita tetap harus menuang air, karena itulah satu-satunya cara menjaga harapan tetap hidup.”
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Global
Baca Juga Artikel Dari: Drama Politik, Wahyudin Moridu Terancam Dipecat dari PDIP
