Bambang Pacul Di Copot: Komandan Korea Ditarik ke Pusat PDIP

Suasana di kantor DPP PDIP pagi itu terasa hening sesaat sebelum berita itu diumumkan: Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul Di Copot dari jabatan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah. Sontak, ruangan ramai dengan pertanyaan—kenapa?
Jika biasanya selama ini ia menjadi simbol kekuatan politik di Jateng, kini justru harus mundur. Namun, langkah ini bukan tanda pelemahan, melainkan penegasan posisi: ia diminta fokus ke pemenangan Pemilu Legislatif 2029, sebuah misi nasional yang jauh lebih menantang. Informasi ini dikonfirmasi oleh politikus Guntur Romli yang menyampaikan bahwa sebagai kader senior, ia sangat dibutuhkan untuk tugas berskala besar.
Seketika, gelombang berita menyusul. Banyak yang mempertanyakan apakah ini penurunan posisi atau strategi maju. Tapi di baliknya, tersimpan cerita besar tentang loyalitas, amanah, dan dinamika internal partai.
Larangan Rangkap Jabatan dalam PDIP
Image Source: Kompas.com
Apa faktor mendasar di balik pencopotan ini? Jawabannya sederhana: aturan partai. PDIP punya ketentuan tegas—pengurus DPP tidak boleh merangkap jabatan struktural di tingkat provinsi. Bambang Pacul sebelumnya merangkap sebagai Ketua DPD Jateng sekaligus sebagai Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu Legislatif.
Aturan ini bukan semata birokrasi. Ini soal pembagian fokus. Dengan begitu, ia bisa bekerja lepas tanpa terbagi bahwa posisinya membawa tanggung jawab di dua lini—lokal dan nasional. PDIP juga menetapkan FX Rudy sebagai Pelaksana Tugas menggantikan posisi Pacul di DPD Jateng.
Ini bukan satu-satunya contoh. Beberapa pengurus lain pun terkena aturan serupa. Andreas Hugo Pereira menyebut nama-nama lain, seperti My Esti Wijayanti di Bengkulu dan Sadarestuwati di Jombang, yang juga dicopot karena rangkap jabatan.
Bagi sebagian orang, ini mungkin tampak kaku. Namun, justru itu tanda partai ingin lebih terstruktur, efisien, dan fokus dalam pelaksanaan strategi politik masa depan.
Karier Gemilang ‘Komandan Korea’
Menarik melihat bagaimana kursi ’Komandan Korea’ bisa berpindah. Sebelumnya, Bambang Pacul dikenal luas karena kiprahnya memimpin PDIP Jateng—‘Kandang Banteng’. Sejak menahkodai partai di Jateng pada 2015, ia membawa tiga kemenangan gubernur berturut-turut, menumbuhkan basis bagi PDI Perjuangan, dan mengokohkan dominasi elektoral di Pilpres dan Pileg.
Prestasi semacam ini bukan sekadar angka. Ia mencerminkan stamina politik dan kemampuan mengarahkan kader dalam mesin partai yang rapi serta strategis. Selain itu, Pacul juga dipercaya menjadi Wakil Ketua MPR RI 2024–2029, menggantikan tokoh lama, dengan bekal kiprah panjang di Komisi III DPR RI dan fraksi partai.
Social media dan media lokal sering menyebutnya sebagai sosok “tidak neko-neko” dengan istilah “Korea-korea melentinglah”—slogan yang mencerminkan semangat warga terbawah untuk bangkit dan maju. Ini yang membuatnya begitu dekat dan relatable dengan masyarakat.
Kampanye 2029 – Tantangan Baru untuk Pacul
Pencopotan ini ditempatkan tak terpisahkan dari persiapan Pemilu Legislatif 2029—arena berbeda dari Pilgub atau Pilpres. Ini adalah pertempuran struktur, logistik, dan data elektoralnya lebih kompleks. Sebagai Ketua DPP Bidang Pemenangan, Bambang Pacul diberi mandat besar.
Guntur Romli lagi-lagi menegaskan bahwa posisi Pacul bukan diturunkan, melainkan diprioritaskan untuk peran lebih strategis di pusat. Seraya menatap ke depan, PDIP butuh konsolidasi tighter, data lebih akurat, dan strategi jangka panjang yang koheren.
Seperti cerita yang saya dengar dari kader muda di Yogyakarta: “Kalau Mas Pacul yang turun medan ke pusat, maka kita mesti lebih siap di daerah. Jadi, ini seperti rotasi pasukan supaya energi lebih terfokus.”
Reaksi Publik dan Dampak Politik
Berita ini tentu memancing berbagai reaksi. Ada yang menganggap sebagai sinyal PDIP tidak lagi mengandalkan figur lama di Jawa. Tapi ada pula yang melihat ini strategi jitu: menempatkan talent terbaik di garis depan nasional agar semakin mendekat ke masyarakat luas.
Dihubungi usai pengumuman, saya berbincang dengan seorang pengamat politik dari Semarang. Dia bilang, “Ini bukan penurunan—melainkan promosi tak kasat mata. PDIP ingin mengerahkan tokoh terbaiknya bukan di pusat, tapi juga di garis tumpu kemenangan.”
Sebagai redaktur yang sering liputan politik Jateng, saya melihat ini sebagai bukti adaptasi partai. PDIP paham bahwa kekuatan di Jateng penting, tapi kemenangan legislatif memerlukan kerja lintas daerah secara lebih terstruktur.
Kesimpulan: Dari Pencopotan ke Pembangunan Strategi Nasional
Pencopotan Bambang Pacul dari Ketua DPD PDIP Jateng bukan sekadar pergantian kursi. Ini bagian dari strategi besar PDIP mempersiapkan diri menghadapi Pemilu 2029 dengan intensitas dan kompleksitas lebih tinggi.
-
Aturan partai yang melarang rangkap jabatan menjaga fokus kader.
-
Kepiawaian politik Pacul tak diragukan—ia kini diutus di garis besar strategi nasional.
-
Reaksi publik beragam, tapi terang bahwa PDIP ingin memberikan peran sesuai kebutuhan.
Bagi Bambang Pacul sendiri, ini bukan akhir—tapi justru babak baru perjuangan. Ia telah menahkodai Jateng sejak 2015, kini membawa pengalaman itu ke level nasional: membangun kemenangan lewat data, strategi, dan jaringan.
Pada akhirnya, “dicopot” bukan sebuah penurunan, melainkan pengakuan akan kapasitasnya sebagai arsitek taktik PDIP ke depan.
Baca Juga Konten Dengan Artikel Terkait Tentang: Lokal
Baca Juga Artikel Dari: Larangan Vape di Singapura di Perketat, Hukuman Setara Narkoba