April 24, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Calon Paus Baru: Tradisi Konklaf Sampai Asap Putih Penandanya

Calon Paus Baru

Wafatnya Paus Fransiskus pada 21 April 2025 menandai berakhirnya era kepemimpinan yang penuh dengan reformasi dan pendekatan progresif dalam Gereja Katolik. Kini, dunia menantikan siapa yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan spiritual umat Katolik sedunia sebagai calon Paus baru. Proses pemilihan calon Paus baru, yang dikenal dengan istilah konklaf, menjadi sorotan utama, terutama dengan tradisi asap putih yang menandakan terpilihnya Paus baru.

Proses Konklaf Calon Paus Baru: Tradisi Berabad-abad

Calon Paus Baru

Sumber gambar: CNN Indonesia

Apa Itu Konklaf?

Kata “konklaf” berasal dari bahasa Latin:

  • “cum” berarti “dengan”,

  • “clave” berarti “kunci”.

Secara harfiah, “konklaf” berarti “dikunci di dalam”, dan istilah ini secara simbolis serta praktis merujuk pada tindakan mengunci para kardinal di Kapel Sistina, Vatikan, sampai mereka berhasil memilih calon Paus baru tanpa gangguan dunia luar.

Tradisi ini telah berlangsung sejak abad ke-13 (secara resmi sejak tahun 1274) sebagai respons atas kekacauan dan ketidakpastian pemilihan Paus sebelumnya yang sering memakan waktu lama dan dipengaruhi oleh kekuatan politik eksternal

Tahapan Lengkap Proses Konklaf

1. Sede Vacante: Takhta Kosong

Proses konklaf hanya bisa dimulai setelah status sede vacante, yaitu ketika Takhta Suci (tahta Paus) kosong karena:

  • Paus wafat, atau

  • Paus mengundurkan diri secara resmi (seperti yang dilakukan Paus Benediktus XVI tahun 2013).

Selama periode ini, semua urusan biasa Gereja tetap berjalan, tapi keputusan besar atau perubahan doktrin dilarang dilakukan hingga terpilih calon Paus baru.

2. Persiapan Spiritual dan Liturgis

Sebelum pemungutan suara, para kardinal mengadakan Misa Kudus “Pro Eligendo Papa”, yang berarti “untuk memilih Paus”.
Misa ini adalah bentuk permohonan agar pemilihan dijalankan dengan tuntunan Roh Kudus dan penuh integritas.

Setelah itu, mereka dipanggil satu per satu dan diminta bersumpah menjaga kerahasiaan serta menolak segala bentuk intervensi, intrik, atau kampanye pribadi.

3. Penguncian Konklaf

Setelah doa dan sumpah, semua kardinal elektor (mereka yang berusia di bawah 80 tahun) masuk ke dalam Kapel Sistina.
Pintu kapel dikunci dengan pengawalan ketat Garda Swiss, dan hanya personel terbatas yang boleh masuk.

Kalimat resmi yang diucapkan:

Extra omnes!
Artinya: “Semua yang tidak berhak, keluar!”

Kapel Sistina menjadi tempat tinggal dan tempat pemungutan suara sampai calon Paus baru terpilih.

4. Sistem Pemungutan Suara

  • Setiap kardinal menuliskan nama kandidat pilihannya pada kertas suara.

  • Suara dilipat dua dan dimasukkan ke dalam sebuah piala yang diletakkan di altar.

  • Total ada empat pemungutan suara per hari: dua di pagi hari, dua di sore hari.

Agar sah terpilih sebagai calon Paus baru, seorang kandidat harus mendapat dua pertiga suara dari total kardinal pemilih.

Jika misalnya ada 120 kardinal yang hadir, maka jumlah minimum suara yang harus diraih adalah 80 suara.

5. Simbol Asap Putih dan Hitam

Sesudah tiap sesi pemungutan suara, surat suara dimusnahkan melalui pembakaran. Jika belum tercapai kesepakatan, maka asap hitam muncul dari cerobong Kapel Sistina. Sebaliknya, asap putih akan terlihat jika seorang Paus baru telah berhasil terpilih. Untuk memberi tahu umat dunia hasilnya:

Asap putih menandakan:

“Habemus Papam!” – Kita punya Paus!

Ribuan orang berkumpul di Lapangan Santo Petrus akan langsung menyambutnya dengan sorak sorai, sementara lonceng Basilika berdentang.

6. Penerimaan Paus Terpilih

Setelah dinyatakan menang, calon Paus ditanya oleh Dekan Kardinal:

“Apakah engkau menerima pemilihanmu secara kanonik sebagai Uskup Roma?”

Jika ia menjawab “Accepto”, maka ia resmi menjadi Paus, meskipun penobatan formal akan dilakukan kemudian.

Calon Paus baru kemudian memilih nama kepausannya, mengikuti tradisi. Misalnya: Jorge Mario Bergoglio memilih nama Fransiskus pada 2013.

Fakta Tambahan Unik Seputar Konklaf

  • Kardinal berusia di atas 80 tahun tidak boleh memilih, namun tetap dihormati sebagai penasihat.

  • Konklaf biasanya berlangsung antara 3 sampai 5 hari, namun tidak ada batas maksimal.

  • Di masa lalu, konklaf bisa berlangsung berbulan-bulan karena tarik-menarik kekuasaan politik.

  • Kapel Sistina dilengkapi dengan sistem pengacau sinyal (jammer) agar tidak ada kebocoran informasi ke media.

Tantangan Konklaf Calon Paus Baru di Era Modern

Di zaman digital, menjaga kerahasiaan dan integritas konklaf menjadi lebih penting. Gereja juga menghadapi tekanan untuk memilih Paus yang:

  • Mampu menjembatani kelompok konservatif dan progresif.

  • Paham isu global seperti krisis iklim, migrasi, dan keadilan sosial.

  • Tegas menangani isu pelecehan seksual di tubuh Gereja.

Simbol Asap Putih: Tanda Terpilihnya Calon Paus Baru

Salah satu simbol paling ikonik dalam konklaf adalah warna asap yang muncul dari Kapel Sistina. Setiap kali para kardinal selesai memilih, surat suara langsung dibakar. Asap hitam berarti belum ada keputusan, sedangkan asap putih menandakan bahwa seorang Paus baru telah ditentukan.

​Kandidat Potensial Calon Paus Baru Pengganti Paus Fransiskus

Beberapa nama mencuat sebagai kandidat potensial pengganti Paus Fransiskus. Di antaranya:

1. Kardinal Luis Antonio Tagle (Calon Paus Baru dari Filipina)

Dikenal juga sebagai “Fransiskus dari Asia”, Kardinal Tagle berusia 67 tahun dan merupakan mantan Uskup Agung Manila. Ia pernah menjabat sebagai seorang Prefek Kongregasi untuk tim Evangelisasi Bangsa-Bangsa, posisi penting dalam Vatikan.

Kekuatan:

  • Kedekatan dengan sosok Paus Fransiskus: Tagle dikenal sebagai penerus ideologis Paus Fransiskus, mendukung reformasi dan pendekatan pastoral yang inklusif.

  • Representasi Global: Sebagai kandidat calon Paus baru dari Asia, ia mencerminkan pertumbuhan Gereja Katolik di wilayah tersebut, khususnya di Filipina yang memiliki populasi Katolik terbesar di Asia.

Tantangan:

  • Isu Kepemimpinan: Selama menjabat sebagai Presiden Caritas Internationalis, terdapat kritik terkait manajemen organisasi, meskipun tidak ada tuduhan langsung terhadap Tagle.

2. Kardinal Pietro Parolin (Calon Paus Baru dari Italia)

Sebagai Sekretaris Negara Vatikan sejak 2013, Parolin berusia 70 tahun dan memiliki pengalaman diplomatik yang luas.

Kekuatan:

  • Pengalaman Diplomatik: Parolin telah memainkan peran kunci dalam hubungan internasional Vatikan, termasuk negosiasi dengan China dan keterlibatan dalam isu-isu global.

  • Koneksi Kuria: Sebagai calon Paus baru bagian dari administrasi pusat Gereja, ia memiliki pemahaman mendalam tentang struktur dan dinamika internal Vatikan.

Tantangan:

  • Keterlibatan dalam Skandal Keuangan: Beberapa laporan mengaitkan Parolin dengan kontroversi keuangan di Vatikan, meskipun keterlibatannya masih menjadi perdebatan.

3. Kardinal Matteo Maria Zuppi (Calon Paus Baru dari Italia)

Uskup Agung Bologna berusia 69 tahun ini dikenal dengan pendekatan pastoral yang progresif dan keterlibatannya dalam dialog antaragama.

Kekuatan:

  • Pendekatan Inklusif: Zuppi mendukung dialog dengan komunitas LGBTQ dan telah terlibat dalam misi perdamaian, termasuk di Ukraina.

  • Kedekatan dengan Paus Fransiskus: Ia dianggap sebagai salah satu favorit Paus Fransiskus, mencerminkan kontinuitas dalam kepemimpinan Gereja.

Tantangan:

  • Pandangan Progresif: Pendekatannya yang terbuka terhadap isu-isu sosial mungkin menghadapi resistensi dari kelompok konservatif dalam Gereja.

4. Kardinal Malcolm Ranjith (Calon Paus Baru dari Sri Lanka)

Berusia 77 tahun, Ranjith adalah Uskup Agung Colombo dan pernah menjabat sebagai Duta Besar Vatikan untuk Indonesia.

Kekuatan:

  • Pengalaman Diplomatik: Ranjith memiliki pengalaman luas dalam diplomasi Gereja dan dikenal dengan pendekatan konservatif yang kuat.

  • Keterlibatan Sosial: Ia vokal dalam isu-isu keadilan sosial dan telah menuntut keadilan atas serangan Paskah di Sri Lanka.

Tantangan:

  • Usia: Dengan usia 77 tahun, beberapa mungkin mempertimbangkan faktor usia dalam memilih pemimpin baru yang dapat menjabat dalam jangka waktu yang lebih lama.

Kandidat Calon Paus Baru Lain yang Muncul:

  • Kardinal Jean-Claude Hollerich (Luksemburg): Dikenal dengan pandangan progresif, termasuk keterbukaan terhadap diakonat perempuan dan pemberkatan pasangan sesama jenis.

  • Kardinal Peter Erdő (Hongaria): Memiliki reputasi konservatif dengan pengalaman luas di Eropa Timur.

  • Kardinal Fridolin Ambongo (Kongo): Mewakili Gereja di Afrika dengan pandangan konservatif dan pengalaman pastoral yang kuat.

Tantangan dan Harapan bagi Paus Baru

Calon paus baru akan menghadapi berbagai tantangan, termasuk menjaga kesatuan Gereja di tengah perbedaan pandangan, menangani isu-isu sosial global, dan melanjutkan reformasi yang telah dimulai oleh Paus Fransiskus. Harapan umat Katolik adalah agar calon Paus baru dapat membawa Gereja lebih dekat dengan umat dan menjawab tantangan zaman dengan bijaksana.

Kesimpulan

Proses pemilihan calon Paus baru melalui konklaf adalah tradisi yang kaya akan sejarah dan simbolisme. Dengan dunia yang menantikan asap putih dari Kapel Sistina, harapan besar tertuju pada pemimpin baru yang akan membawa Gereja Katolik ke arah yang lebih baik dan relevan di era modern ini.

Jadi ini adalah jalur pemilihan calon Paus baru setelah Paus Fransiskus Wafat: Ajaran Cinta Damai Sosok Pope Francis

Mari kita doakan yang terbaik untuk pemilihan ini sehingga benih cinta kasih dan damai sosok Paus Fransiskus dapat dilanjutkan dan disebarkan lebih baik lagi kedepannya. Salam Damai. GBU.​

Author