April 20, 2025

INCA BERITA

Berita Terkini Seputar Peristiwa Penting di Indonesia dan Dunia

Jumbo: Film Animasi Indonesia yang Menembus 17 Negara

Aku masih ingat banget hari ketika aku pertama kali dengar soal Jumbo. Saat itu aku lagi scroll berita hiburan sambil ngopi, dan mata langsung tertumbuk ke satu judul: “Film Animasi Indonesia Tayang di 17 Negara.” Aku kaget. Serius? Animasi Indonesia? Bisa sampai sejauh itu?

Sebagai penonton yang udah lama ngikutin perkembangan perfilman lokal, terutama animasi, jujur aku nggak banyak berekspektasi. Tapi rasa penasaran menang. Aku cari trailernya, nonton, dan langsung mikir: Oke, ini beda. Bukan cuma soal visual, tapi juga jiwa di balik ceritanya.

Ternyata, Jumbo bukan sekadar animasi biasa. Ini film yang berhasil membawa budaya, pesan moral, dan teknologi produksi lokal ke panggung global. Dan buatku, ini bukti nyata bahwa mimpi industri animasi Indonesia nggak lagi sebatas “kita bisa bikin”, tapi “kita bisa bersaing.”

Siapa Sebenarnya Jumbo Itu?​

Jumbo

Sumber gambar: Times Indonesia

Don adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang tinggal bersama neneknya setelah kehilangan kedua orang tuanya. Ia memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan teman-temannya, yang membuatnya sering menjadi sasaran ejekan dan dijuluki “Jumbo”. Meskipun demikian, Don memiliki semangat dan imajinasi yang tinggi, terutama terhadap buku dongeng peninggalan orang tuanya yang sangat ia cintai.

Suatu hari, Don memutuskan untuk mengikuti pertunjukan bakat di sekolahnya dengan menampilkan sandiwara berdasarkan buku dongeng tersebut. Namun, tantangan muncul ketika buku kesayangannya dicuri oleh Atta, anak yang sering merundungnya. Dalam usahanya untuk mendapatkan kembali buku tersebut, Don bertemu dengan Meri, seorang gadis dari dunia lain yang mencari orang tuanya. Pertemuan ini membawa Don ke dalam petualangan penuh keajaiban yang mengubah pandangannya tentang diri sendiri dan mengajarkannya arti persahabatan sejati, keberanian, dan kepercayaan diri.

Produksi dan Prestasi

Film Jumbo disutradarai oleh Ryan Adriandhy dan diproduksi oleh Visinema Studios. Proses produksi film ini memakan waktu hampir 5 tahun dan melibatkan lebih dari 400 kreator lokal. Dengan kualitas animasi yang setara dengan produksi studio internasional, Jumbo berhasil menarik perhatian dan telah ditayangkan di lebih dari 17 negara, termasuk Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Brazil.

Pesan Moral dan Nilai Budaya

Selain menyajikan animasi yang memukau, Jumbo juga mengangkat isu penting seperti perundungan anak, keberanian menghadapi tantangan, serta pentingnya menghargai dan mendukung sesama. Film ini menyampaikan pesan-pesan tersebut dengan cara yang menyentuh dan mudah diterima oleh berbagai kalangan usia.

Pengisi Suara dan Musik

Film ini menampilkan deretan pengisi suara dari artis ternama Indonesia, seperti Prince Poetiray sebagai Don, Ariel Noah pengisi suara ayah Don, Bunga Citra Lestari sebagai pengisi suara ibu Don, Cinta Laura Kiehl, dan Angga Yunanda. Musik dalam film ini juga dikomposisi dengan apik, menggabungkan instrumen tradisional dan modern yang menambah kedalaman emosi dalam cerita.

Produksi Lokal dengan Standar Internasional

Hal yang bikin aku paling kagum dari Jumbo adalah proses produksinya. Film ini dikerjakan oleh studio lokal yang bekerja keras selama bertahun-tahun untuk menyelesaikan setiap frame-nya. Mereka menggabungkan teknik animasi 3D modern dengan gaya penceritaan yang khas Asia Tenggara.

Menurut artikel dari Kompas, film ini sudah ditayangkan di lebih dari 17 negara, termasuk Jepang, Korea Selatan, Prancis, dan Brazil. Nggak main-main, ini bukan sekadar numpang lewat festival—beberapa negara bahkan menayangkannya secara komersial di bioskop.

Proses ini nggak terjadi dalam semalam. Butuh kerja kolaboratif antar bagian: dari penulis naskah, tim animasi, pengisi suara, hingga departemen musik. Dan semuanya dikerjakan dengan semangat nasionalisme dan standar global.

Animasi Lokal: Jalan Terjal Menuju Pengakuan Dunia

Sebagai pengamat dunia animasi Indonesia sejak era Adit & Sopo Jarwo atau Si Entong, aku tahu betul bahwa membangun animasi lokal itu bukan perkara mudah. Selain biaya produksi tinggi, minimnya SDM terlatih dan ekosistem industri yang belum stabil jadi hambatan besar.

Tapi Jumbo membuktikan bahwa dengan ketekunan dan mimpi besar, semuanya bisa diterobos. Mereka bukan cuma fokus ke teknis, tapi juga narasi dan distribusi. Mereka bangun jaringan internasional, pitching ke distributor luar, dan percaya diri menembus pasar global.

Buatku pribadi, ini momen yang mirip kayak waktu film The Raid booming. Tapi kali ini, dari dunia animasi.

Dari Festival ke Bioskop: Strategi Distribusi Jumbo yang Patut Dicontoh

Salah satu hal yang bikin Jumbo menarik adalah strategi distribusinya. Mereka nggak cuma fokus pada rilis lokal, tapi juga aktif ikut serta di festival internasional. Dari sana, mereka bangun relasi, cari mitra distribusi, dan akhirnya berhasil masuk ke bioskop-bioskop luar negeri.

Ini bukan hal sepele. Kebanyakan film Indonesia yang masuk festival hanya berhenti di situ. Tapi Jumbo melangkah lebih jauh. Mereka tayang di bioskop Jepang, bahkan dapat subtitle dalam bahasa lokal.

Saat aku ngobrol dengan teman yang tinggal di Singapura, dia cerita sempat lihat Jumbo di katalog bioskop lokal. Rasanya bangga banget. Bayangin, ada anak-anak di Tokyo atau Seoul yang nonton animasi Indonesia, tertawa, dan belajar sesuatu dari kisah Jumbo.

Suara dan Musik yang Nggak Kaleng-Kaleng

Bagian lain yang juga bikin aku angkat topi adalah pengisi suara dan scoring musiknya. Pengisi suara Jumbo dipilih dengan cermat, bukan cuma selebritas, tapi juga aktor suara berpengalaman. Hasilnya? Karakter Jumbo jadi hidup, lucu, dan emosional.

Musiknya pun nggak kalah ciamik. Mereka berkolaborasi dengan komposer lokal yang menggabungkan instrumen tradisional dan digital. Bayangin gendang, gamelan, dan flute berpadu dengan orkestrasi modern. Rasanya kayak nonton Pixar, tapi dengan cita rasa Nusantara.

Aku sampai nyari OST-nya di YouTube karena saking melekatnya. Ini salah satu aspek yang sering disepelekan dalam produksi lokal, tapi Jumbo justru menjadikannya salah satu kekuatan.

Respons Penonton Luar Negeri: Positif dan Apresiatif

Yang bikin aku makin semangat nulis ini, adalah melihat review-review dari penonton luar negeri. Di situs seperti Letterboxd atau YouTube, banyak yang kasih pujian buat kualitas animasinya, kedalaman cerita, dan karakter Jumbo yang lovable.

Beberapa komentar bahkan bilang, “Jumbo reminds me of old Disney classics.” Bahkan ada penonton di Perancis yang bilang, “I had no idea Indonesia could produce such charming animation.”

Ini bukan soal narsis nasionalis, tapi validasi bahwa kita memang mampu bersaing. Bahwa kualitas kita nggak kalah, dan cerita kita punya tempat di dunia.

Peluang Animasi Indonesia Setelah Jumbo

Kalau kamu tanya aku, Jumbo ini semacam pintu pembuka. Sebuah milestone. Setelah ini, jalannya belum tentu langsung mulus, tapi jelas terbuka.

Bayangkan kalau ada lebih banyak studio berani bikin IP (Intellectual Property) lokal yang kuat, berani ekspor cerita, dan berani investasi panjang.

Kita punya segudang cerita rakyat, mitologi, dan karakter ikonik. Dari Si Kancil, Nyi Roro Kidul, Legenda Tangkuban Perahu, sampai cerita urban yang relate sama Gen Z. Semuanya bisa dijadikan animasi.

Dengan platform streaming dan ekosistem digital yang makin luas, peluang untuk distribusi makin besar. Tinggal satu: niat dan konsistensi.

Jumbo dan Harapan Anak-anak Indonesia

Sebagai orang tua, aku juga melihat Jumbo dari kacamata yang berbeda. Ini bukan cuma hiburan, tapi juga inspirasi. Bahwa anak-anak Indonesia akhirnya bisa punya karakter animasi yang mereka lihat di layar, dan tahu itu buatan negeri sendiri.

Anakku yang masih TK langsung suka sama Jumbo. Bahkan dia pernah bilang, “Ayah, Jumbo itu lucu, ya. Aku pengin jadi kayak dia, berani!” Dan itu bikin aku berpikir: dampak film animasi bisa jauh lebih dalam dari yang kita kira.

Makanya aku dukung banget karya seperti ini. Karena mereka bukan cuma bangun karakter di layar, tapi juga karakter anak-anak di dunia nyata.

Penutup: Jumbo dan Langkah Besar Dunia Animasi Indonesia

Setelah nonton, baca, dan mengamati proses Jumbo, aku bisa bilang: ini bukan sekadar film animasi. Ini pernyataan. Bahwa kita bisa.

Kita bisa bikin cerita yang kuat. Kita bisa produksi dengan kualitas global. Dan kita bisa menembus pasar internasional tanpa harus kehilangan jati diri. Dan yang paling penting, kita bisa membuat penonton dari berbagai negara tersentuh oleh kisah yang lahir dari tanah kita.

Buatku, Jumbo bukan titik akhir, tapi titik awal. Sebuah lompatan. Dan aku nggak sabar menunggu karya-karya berikutnya yang akan mengikuti jejaknya.

Indonesia berduka namun belum banyak yang tahu kabarnya: Gunung Lewotobi Meletus: Kronologi Letusan dan Dampaknya

Author